GRACIA BELINDA
Ditulis oleh
GRACIA BELINDA
DR.VINA SETIAWAN
Ditinjau oleh
DR.VINA SETIAWAN

Pro Kontra Terapi Cuci Otak Ala Dokter Terawan

Dipublish tanggal: Okt 28, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Feb 21, 2020 Waktu baca: 3 menit
Pro Kontra Terapi Cuci Otak Ala Dokter Terawan

Pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju yang belum lama ini dilakukan mengangkat kembali nama dokter Terawan Agus Putranto. Ya, mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto tersebut dipercaya Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia tahun 2019-2024 menggantikan Nila Moeloek.

Selain bertindak sebagai Kepala RSPAD Gatot Soebroto, dr. Terawan pun sering ditunjuk untuk menemani berbagai tokoh penting tanah air, termasuk membantu pengobatan alm. BJ Habibie dan almh. Ibu Ani Yudhoyono, serta termasuk sebagai salah satu dokter kepresidenan.

Sebelumnya, dokter Terawan sendiri juga sudah lama dikenal melalui terapi cuci otak atau brain wash yang menjadi salah satu terobosannya guna membantu menangani pasien penderita stroke, mulai dari pejabat, politisi, hingga public figure. Beberapa orang penting di Indonesia juga pernah menjalani terapi cuci otak tersebut, di antaranya adalah mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Mahfud MD, Dahlan Iskan.

Meskipun sebagian pasien menyatakan adanya perbaikan kondisi pada kesehatan mereka setelah menjalani terapi cuci otak, tetapi hal tersebut sempat menjadi kontroversi dan menimbulkan banyak pro kontra. Bahkan karena menimbulkan banyak perdebatan terutama di kalangan IDI (Ikatan Dokter Indonesia), dokter Terawan pun dipecat dari IDI selama 12 bulan dan dicabut izin prakteknya. Hal ini dilakukan karena IDI menilai dokter Terawan telah melanggar kode etik kedokteran dan termasuk dalam kategori pelanggaran berat.

Penerima penghargaan Bintang Mahaputera Naraya itu pun dianggap telah mempromosikan diri dan terapi cuci otaknya secara berlebihan, tidak kooperatif dengan IDI, serta perihal biaya yang cukup mahal terhadap terapi pencegahan serta pengobatan yang belum terbukti memberikan kesembuhan secara pasti kepada pasien tersebut. Sebagai informasi tambahan, biaya terapi cuci otak ini diperkirakan berkisar antara 35-100 juta untuk setiap pasien.

Mengenal terapi cuci otak ala dokter Terawan

Terapi cuci otak yang diperkenalkan oleh dr. Terawan untuk mengobati penyakit stroke ini sebenarnya dilakukan melalui metode DSA (Digital Substraction Angiogram) dengan dua cara, yakni menggunakan kateter untuk memasukkan obat heparin ataupun dengan pemasangan balon pada jaringan otak. 

Penyakit stroke sendiri dapat disebabkan oleh terhambatnya aliran darah dan oksigen ke otak akibat terjadinya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya penumpukan plak berupa lemak yang menutupi jalur aliran darah.

Penggunaan obat heparin tersebut dimasukkan melalui kateter dan dipasang di pangkal paha, lalu menuju sumber kerusakan pembuluh darah pada otak yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Heparin tersebut diklaim dapat membantu menghancurkan plak (lemak) dan mencegah terjadinya pembekuan darah.

Baca juga: Manfaat, Efek Samping, dan Dosis Heparin

Tetapi secara ringkas, dokter Terawan menjelaskan bahwa 'terapi cuci otak' dengan menggunakan kateter yang digagasnya bertujuan untuk melihat apakah ada penyumbatan pembuluh darah pada otak atau tidak. Karena jika terjadi penyumbatan, maka hal tersebut dapat menghambat aliran darah ke otak dan menyebabkan ketidakmampuan saraf untuk bekerja dengan optimal sehingga terjadinya stroke.

Pro kontra terhadap terapi cuci otak ala dokter Terawan

Beberapa pendapat muncul terhadap terapi cuci otak atau brain wash yang dipelopori oleh Menkes Terawan ini, termasuk dari Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Dokter Saraf Indoensia (Perdossi), di mana ketua umum Perdossi mengatakan bahwa memasukkan obat ke pembuluh darah otak (trombolisis) terhadap penderita stroke hanya dapat dilakukan sebelum 8 jam setelah terkena stroke.

Baca juga: Bahaya Stroke Akibat Pembuluh Darah Pecah

Selain itu, menurut beberapa ahli saraf, terapi cuci otak dengan DSA (Digital Substraction Angiogram) sebenarnya tidak dapat mengobati penyakit stroke, tetapi hanya menjadi alat untuk memperjelas gambaran pembuluh darah dan menentukan diagnosis penyakit saja. Sebelum dilakukannya DSA, pasien umumnya diminta melakukan pemeriksaan melalui MRI atau CT scan terlebih dahulu. 


Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app