Mengurangi Pencemaran Udara dengan Hujan Buatan, Efektifkah?

Dipublish tanggal: Jul 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 3 menit
Mengurangi Pencemaran Udara dengan Hujan Buatan, Efektifkah?

Belakangan ini, masalah pencemaran udara di Jakarta sudah begitu mengkhawatirkan. Bahkan akibat polusi udara yang terjadi, muncul gugatan warga negara atau citizen lawsuit yang ditujukan kepada pemerintah. Gugatan tersebut diajukan dengan harapan agar warga negara bisa mendapatkan udara bersih. Lalu apa langkah pemerintah dalam mengatasi pencemaran udara di Ibukota?

BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan Pemprov DKI Jakarta bersepakat untuk memodifikasi cuaca dengan menyiapkan hujan buatan di pertengahan Juli sebagai solusi jangka pendek dalam menangani masalah pencemaran udara di Jakarta. Rencananya hujan buatan tersebut akan dilakukan sebelum anak-anak kembali masuk sekolah, yakni pada tanggal 10-15 Juli.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyebutkan bahwa rencana melakukan hujan buatan adalah salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta. Selain itu, Anies juga akan menambah alat pemantau kualitas udara untuk mengumpulkan data lengkap soal kualitas udara di seluruh wilayah Jakarta. Hal ini dikarenakan kualitas udara di Jakarta yang sempat memasuki kategori sangat tidak sehat (very unhealthy) dan mencapai angka AQI 240 pada akhir Juni lalu. Baca juga: Cara Mengetahui Polusi Udara Semakin Buruk

Pelaksanaan hujan buatan yang termasuk dalam TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) merupakan yang pertama kali digunakan untuk mengatasi polusi udara di Indonesia. Tetapi hujan buatan sendiri seringkali digunakan untuk mengatasi bencana kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, serta untuk meminimalisir kabut asap yang umumnya terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Menurut Tri Handoko Seto, Kepala Balai Besar TMC, modifikasi cuaca melalui hujan buatan sudah pernah dilakukan untuk mengatasi pencemaran udara di beberapa negara, seperti Thailand, China, Korea Selatan, dan India. Walaupun begitu, biaya pelaksanaan hujan buatan tidaklah sedikit, diperkirakan dana yang diperlukan sekitar 125 juta per hari untuk sekali pelaksanaan hujan buatan di Jakarta dan dana ini akan berasal dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bagaimana cara modifikasi cuaca melalui hujan buatan dilakukan?

3 Cara modifikasi cuaca untuk mengurangi polusi udara

1. Cara pertama: Penyemaian awan (cloud seeding)

Penyemaian awan akan dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah menyerap air, seperti garam halus NaCL, sehingga dapat meningkatkan curah hujan pada awan dan membantu mempercepat terjadinya hujan. Hal ini bertujuan agar polutan di udara dapat terbilas dengan air hujan.

2. Cara kedua: Penghilangan lapisan inversi

Metode kedua akan dilakukan jika tidak ada awan yang potensial menjadi hujan. Caranya dengan melakukan semai pada lapisan atmosfer (lapisan inversi) pada ketinggian 20-50 km di atas permukaan laut dengan menggunakan dry ice, tujuannya agar lapisan ini menjadi tidak stabil dan hilang. Karena lapisan atmosfer ini menjadi salah satu penghalang bagi polutan untuk terbang secara vertikal sehingga polutan terkumpul di permukaan hingga di bawah lapisan inversi.

3. Cara ketiga: Penyemprotan air (water spray)

Cara modifikasi udara ketiga yang diharapkan dapat mengurangi polusi udara adalah dengan menyemprotkan air melalui alat Ground Mist Generatory dan menggunakan pesawat dari darat ke arah atmosfer dengan tujuan mengikat polutan yang ada.

Modifikasi cuaca di atas dengan hujan buatan memang masih dalam rencana, tapi apakah akan efektif mengurangi pencemaran udara? Hal ini baru akan diketahui setelah hujan buatan terlaksana, tetapi sebelum melakukan hujan buatan, ada baiknya pemerintah dan lembaga terkait mengetahui terlebih dahulu kandungan partikel penyebab polusi udara yang terjadi di Jakarta.

Jika polutan mengandung zat berbahaya seperti logam berat dan turun bersamaan dengan hujan buatan, maka hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kandungan logam berat yang bersifat tidak bisa hancur dan terurai, serta dapat mengendap di dalam tubuh manusia. Selain itu, logam berat dapat berubah menjadi racun dan merusak fungsi organ tubuh hingga menyebabkan kematian. Baca juga: Tips Detox Tubuh Akibat Pencemaran Udara


8 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Malik, Shaista & Bano, Haleema & Rather, Rauoof & Ahmad, Shakeel. (2018). Cloud Seeding; Its Prospects and Concerns in the Modern World-A Review. International Journal of Pure & Applied Bioscience. 6. 10.18782/2320-7051.6824.. ResearchGate. (Accessed via: https://www.researchgate.net/publication/328718655_Cloud_Seeding_Its_Prospects_and_Concerns_in_the_Modern_World-A_Review)
Precipitation formation from orographic cloud seeding. PNAS. (Accessed via: https://www.pnas.org/content/115/6/1168)
Does cloud seeding really work?. C&EN. (Accessed via: https://cen.acs.org/articles/94/i22/Does-cloud-seeding-really-work.html)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app