Inilah Alasan-Alasan Mengapa Kita Menguap

Dipublish tanggal: Mar 17, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Apr 23, 2019 Waktu baca: 4 menit
Inilah Alasan-Alasan Mengapa Kita Menguap

Seseorang yang menguap biasanya dalam kondisi mengantuk atau bosan dengan suatu aktivitas. Biasanya setelah menguap justru mata terasa semakin berat. Beberapa orang pun percaya bahwa menguap dapat menular. 

Namun sampai dengan saat ini belum ada alasan pasti mengenai mengapa seseorang menguap. Artikel berikut akan membahas beberapa alasan mengapa kita menguap.

Alasan Mengapa Kita Menguap

Menguap merupakan cara tubuh untuk mendapatkan oksigen sebanyak-banyaknya. Seseorang biasanya menguap karena kadar oksigen di dalam tubuh terutama otak berkurang. Dengan menguap, seseorang akan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya melalui mulut dan hidung. 

Meningkatnya kadar oksigen dalam darah dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Dengan begitu tubuh akan lebih waspada dan segar kembali. Berikut adalah beberapa penyebab mengapa kita menguap.

Merasa bosan pada kegiatan tertentu

Ahli saraf pada Universitas Maryland meneliti mengapa seseorang menguap selama 30 tahun lamanya. Kebanyakan orang akan menguap ketika mendekati waktu untuk tidur dan ketika bangun dari tidur. Selain itu Ia melakukan percobaan pada beberapa remaja. 

Beberapa remaja tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberi beberapa tes warna  yang kurang menarik. Kelompok lainnya diperlihatkan dengan video musik. 

Hasilnya adalah banyak remaja pada kelompok pertama yang menguap. Hal ini menunjukkan bahwa melakukan hal-hal yang sifatnya monoton dapat menyebabkan kamu mudah menguap. 

Agar otak lebih “segar”

Ketika berada di tengah pelajaran atau sedang mengerjakan pekerjaan rumah pasti ada waktu dimana kamu ingin menguap dan meregangkan otot-otot di badan kamu. Hal tersebut adalah refleks pada tubuh. Sebelum menguap, sebenarnya otak mengirimkan sinyal bila sedang mengalami kekurangan oksigen. 

Dengan menguap, kamu akan menghirup udara sebanyak-banyaknya melalui mulut dan hidung. Udara tersebut mengandung oksigen yang dibutuhkan oleh otak. Udara tersebut akan memasuki otak melalui rongga sinus dan sekitar artieri karotis. 

Masuknya udara tersebut mengeluarkan hawa penat yang berada dalam otak. Selain menguap, biasanya tubuh kamu akan refleks untuk meregang. 

Dengan meregang, aliran darah pada bagian tubuh yang meregang biasanya menjadi lebih lancar. Badan pun menjadi lebih segar karena oksigen dalam darah menyebar dengan baik melalui aliran darah. 

Menunjukkan rasa empati pada sekitar

Pernahkah kamu memperhatikan ketika menguap di sebuah ruangan dengan banyak orang maka beberapa orang lain akan ikut menguap? Hal ini disebabkan karena menguap merupakan bentuk empati dengan orang yang ada di sekitar kamu. 

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada anak-anak autisme dan normal. Ketika sekelompok dari mereka diajak menonton sebuah video yang monoton. Hasilnya adalah, lebih banyak anak-anak normal yang menguap dibandingkan anak-anak autisme. 

Hal ini membuktikan bila menguap merupakan bentuk empati seseorang pada lingkungan sekitarnya. Anak-anak autisme tidak menguap karena mereka memiliki kekurangan pada interaksi sosial. 

Jadi, semakin mudah seseorang menguap juga menunjukkan semakin besar rasa empatinya terhadap sekitarnya. Selain karena empati, menguap ketika berada dalam sebuah kelas atau bincang-bincang menunjukkan rasa tidak nyaman dengan situasi sekitarnya. 

Kelelahan dan Kecemasan

Jika Anda mengalami kelelahan dan kecemasan tubuh akan memberikan sinyal ke otak untuk memberikan persepsi bahwa energi yang Anda butuhkan kurang. Kekurangan energi ini yang menimbulkan menguap.

Obesitas

Pada orang dengan obesitas maka proses metabolism di jaringan menjadi lambat yang mengakibatkan proses pengambilan oksigen dijaringan menjadi berkurang yang menyebabkan tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen dengan menguap.

Mendeteksi adanya penyakit tertentu

Segala sesuatu yang berlebihan biasamya merupakan hal yang buruk. Menguap dalam jumlah yang tidak wajar menandakan adanya penyakit dalam diri seseorang. Beberapa penyakit tersebut adalah anemia, epilepsi, stroke, sinkop vasovagal, tumor otak multiple sclerosis, gangguan jantung dan sebagainya. 

Untuk mengetahuinya kamu perlu memeriksakan diri ke dokter. Sebelum pemeriksaan fisik, biasanya dokter akan melakukan wawancara mengenai pola tidur yang kamu miliki. 

Jika kamu merasa sudah tidur dengan cukup setiap harinya namun tetap saja sering menguap maka kamu perlu melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah memeriksa tekanan darah dan kadar hemoglobin. Penderita anemia memiliki ciri-ciri tekanan darah yang rendah dan kadar hemoglobin dibawah ambang batas. 

Rendahnya tekanan darah dan kadar hemoglobin menyebabkan rendahnya oksigen yang tersebar pada otak dan bagian-bagian tubuh. Pada penderita tumor otak akan disarankan melakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya aktivitas listrik pada otak kamu. Pemeriksaan lain adalah dengan Pindai MRI. Dengan pemindaian dapat diketahui apakah terdapat gangguan pada struktur tubuh kamu. 

Jika kamu sering mengalami pingsan tiba-tiba maka kamu perlu curiga menderita sinkop vasovagal. Untuk mengetahuinya kamu perlu melakukan pemeriksaan elektrokardiogram. Elektrokardiogram dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat gangguan pada fungsi jantung. 

Penderita sinkop vasovagal sering mengalami pingsan karena malfungsi pada saraf yang mengatur detak jantung dan tekanan darah. Penderita akan mengalami penurunan tekanan darah dan denyut jantung secara tiba-tiba. Hal tersebut berakibat pada berkurangnya aliran darah yang mengangkut oksigen ke otak. 


9 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Why do we yawn, hiccup, and get goosebumps? (2017). (https://health.clevelandclinic.org/why-do-we-yawn-hiccup-and-get-goosebumps/)
Rundle BK, et al. (2015). Contagious yawning and psychopathy. (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0191886915003645)
Norscia I, et al. (2016). She more than he: Gender bias supports the empathic nature of yawn contagion in Homo sapiens. DOI: (https://doi.org/10.1098/rsos.150459)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app