Hati-Hati Dengan Risiko Anak Jadi Perokok di Usia Dini

Dipublish tanggal: Jun 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Sep 9, 2019 Waktu baca: 2 menit
Hati-Hati Dengan Risiko Anak Jadi Perokok di Usia Dini

Ketika Anda merokok, pernahkah berpikir bahwa efeknya terhadap anak sangat banyak? tidak hanya dari segi asapnya yang terhirup dan mengganggu kesehatan anak, namun juga kebiasaan merokok bisa menular kepadanya. 

Orang tua yang merokok berisiko menjadikan anaknya ikut merokok, bahkan sejak usianya masih remaja. Bagaimana bisa terjadi? Simak penjelasannya ini.

Iklan dari HonestDocs
Dermal Fillers Treatment di Reface Clinic

Dermal Filler merupakan perawatan wajah yang berfungsi untuk memperbaiki area tertentu yang memang diperlukan. Misalnya, untuk membantu mengatasi kerutan, garis halus atau cekungan yang disebabkan penuaan, meratakan tekstur dan menghaluskan kulit, hingga menghilangkan bekas luka. Perawatan wajah ini dilakukan dengan menyuntikan cairan seperti asam hialuronat atau kolagen, maupun zat sintesis kebagian wajah yang bermasalah, Contohnya pipi,hidung,bibir,rahang,dagu,area sekitar muka, dan lainnya. Perawatan dermal filler akan menjadikan wajah menjadi lebih berisi sehingga keriput atau garis-garis halus jadi tersamarkan.

Remaja Cenderung Merokok Sejak Usia Dini Jika Orang Tuanya Merokok

Salah satu penelitian di Journal of Adolescent Health mengemukakan bahwa remaja yang orang tuanya merokok mempunyai kemungkinan mulai merokok dua kali lipat lebih besar, dibandingkan yang orang tuanya tidak merokok. Hasil penelitian ini sangat mengkhawatirkan.

Umumnya mereka mulai merokok di usia 13 tahun. Menurut penelitian dari tim ahli University of Washington, Amerika Serikat, lebih dari 800 remaja yang merokok sejak berusia 13 tahun sampai usianya menginjak 21 tahun.

Dalam penelitian lain, yaitu yang tertulis dalam American Journal of Public Health, terdapat hasil penelitian yang sejalan. Berdasarkan penelitian tersebut, hampir 40% remaja dengan orang tua perokok sudah mulai merokok atau setidaknya pernah mencoba merokok dalam rata-rata usia 13 tahun.

Hasil penelitian di Columbia University Medical Center yang bekerja sama dengan New York State Psychiatric Institute menyebutkan bahwa remaja yang orang tuanya merokok, berpotensi tiga kali lipat lebih besar untuk mulai merokok atau mencoba merokok di usia remaja. 

Jika orang tuanya perokok berat, kemungkinannya dua kali lebih besar untuk mulai merokok setiap hari.

Karl Hill, Ph.D., salah satu peneliti dari tim ahli University of Washington, mengungkapkan bahwa anak akan meniru kebiasaan merokok dari orang tuanya. Meskipun Anda sudah mengingatkannya berkali-kali untuk tidak merokok, tetap saja hal tersebut tidak ada artinya. 

Iklan dari HonestDocs
Dermal Fillers Treatment di Reface Clinic

Dermal Filler merupakan perawatan wajah yang berfungsi untuk memperbaiki area tertentu yang memang diperlukan. Misalnya, untuk membantu mengatasi kerutan, garis halus atau cekungan yang disebabkan penuaan, meratakan tekstur dan menghaluskan kulit, hingga menghilangkan bekas luka. Perawatan wajah ini dilakukan dengan menyuntikan cairan seperti asam hialuronat atau kolagen, maupun zat sintesis kebagian wajah yang bermasalah, Contohnya pipi,hidung,bibir,rahang,dagu,area sekitar muka, dan lainnya. Perawatan dermal filler akan menjadikan wajah menjadi lebih berisi sehingga keriput atau garis-garis halus jadi tersamarkan.

Terlebih jika selama ini Anda sering merokok di depan mereka atau melibatkan mereka dalam urusan merokok.

Dampak Lain Jika Orang Tua Merokok

Selain menimbulkan risiko perokok pasif dan munculnya kebiasaan merokok sejak usia dini, kebiasaan orang tua merokok mempunyai dampak lainnya. Terdapat dampak psikologis untuk anak jika orang tuanya merokok.

Tim ahli University of Bristol, Inggris, menyatakan bahwa anak dengan ibu perokok cenderung menunjukkan perilaku negatif 53% lebih besar. Perilaku negatif tersebut sangat beragam, mulai dari melanggar peraturan, berperilaku agresif, tidak patuh, mencontek, sampai bullying.

Para peneliti juga sudah mempertimbangkan faktor lain penyebab perkembangan mental anak, di antaranya pendidikan orang tua dan status sosial. Akan tetapi, perilaku negatif yang dijumpai tersebut mengacu pada kebiasaan merokok dari ibunya.

Untuk memastikannya, penelitian lebih lanjut masih ingin mengetahui bagaimana tepatnya kebiasaan orang tua merokok dapat meningkatkan risiko perilaku negatif kepada anak dan remaja. Hal ini harus diketahui.

Solusi Orangtua yang Merokok

Jika Anda memanglah seorang perokok, maka mulailah mengambil langkah untuk berhenti merokok demi kesehatan anak. Akan tetapi, jika saat ini Anda tengah berusaha berhenti merokok, maka upayakan agar jangan merokok di depan anak ataupun melibatkan anak dalam urusan merokok. 

Contohnya seperti membelikan rokok juga mengambilkan rokok atau korek api.

Usahakan Anda juga memberikan pengertian dan didikan yang baik mengenai risiko merokok yang berbahaya bagi kesehatan. Jangan pernah Anda bosan untuk mengingatkan anak agar tidak coba-coba merokok sampai usianya beranjak dewasa yaitu 18 tahun. 

Alangkah baiknya, jika Anda mendidik anak agar tidak merokok demi kesehatan tubuh dan kestabilan emosional.

3 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Alcohol: Teenage & Underage Drinking Teenage Smoking. Cleveland Clinic. (https://my.clevelandclinic.org/health/articles/17541-alcohol-teenage--underage-drinking/teenage-smoking)
Kids and Smoking (for Parents). Nemours KidsHealth. (https://kidshealth.org/en/parents/smoking.html)
Parent and Child Cigarette Use: A Longitudinal, Multigenerational Study. National Center for Biotechnology Information. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3876755/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app