GRACIA BELINDA
Ditulis oleh
GRACIA BELINDA
DR.VINA SETIAWAN
Ditinjau oleh
DR.VINA SETIAWAN

Faktor Risiko dan Cara Diagnosis Amnesia

Dipublish tanggal: Jan 17, 2020 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Feb 20, 2020 Waktu baca: 3 menit
Faktor Risiko dan Cara Diagnosis Amnesia

Amnesia atau hilangnya daya ingat adalah suatu kondisi atau gangguan daya ingat yang terjadi pada otak terkait kemampuan otak dalam mengingat suatu kejadian, pengalaman, ataupun informasi tertentu. Amnesia dapat terjadi secara mendadak atau berkembang secara perlahan dan bisa menjadi kondisi masalah yang serius terlebih mengganggu aktivitas harian.

Amnesia sendiri terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan memori yang hilang, yaitu:

  • Amnesia anterograde, ketika penderita amnesia sulit untuk menyimpan memori akan suatu hal yang baru terjadi
  • Amnesia retrograde, ketika penderita amnesia tidak bisa mengingat hal yang sudah pernah terjadi di masa lampau

Fungsi daya ingat sendiri terjadi di beberapa bagian otak sehingga jika terjadi gangguan yang disebabkan oleh penyakit atau cedera akibat kecelakaan pada otak dapat membuat fungsi kerja otak dalam mengelola ingatan dan emosi akan terganggu. Amnesia bisa terjadi sementara waktu, tetapi bisa juga terjadi secara permanen.

Faktor Risiko Penyebab Amnesia

Ada banyak faktor penyebab terjadinya amnesia dan yang paling lumrah terjadi adalah faktor bertambahnya usia. Tetapi di luar itu, ada berbagai kondisi penyakit yang dapat meningkatkan risiko amnesia, seperti stroke, kejang, cedera kepala, dan radang otak juga dapat menimbulkan kerusakan pada otak.

Infeksi atau penyakit tertentu

Peradangan otak sendiri bisa terjadi akibat adanya infeksi virus seperti virus herpes atau penyakit autoimun yang menyerang otak. Tak hanya virus, tetapi tumor pada otak juga bisa memicu terjadinya amnesia atau penyakit otak degeneratif lainnya, seperti alzheimer dan demensia. Selain itu, kondisi serangan jantung, gangguan pernapasan, hingga efek keracunan karbon monoksida juga bisa menjadi penyebab amnesia dikarenakan kurangnya oksigen pada otak.

Cedera atau akibat kecelakaan

Efek benturan keras akibat kecelakaan juga dapat menyebabkannya terjadinya masalah pada otak termasuk gegar otak dan amnesia, apalagi jika penderita perlu menjalani operasi otak dan mengalami trauma. Hal ini dikarenakan operasi pada otak dapat meningkatkan risiko gangguan pada jaringan otak serta menimbulkan efek psikologis pada penderita. Tetapi kondisi ini hanya akan membuat penderita amnesia tidak mampu mengingat memori pasca kecelakaan saja dan berlangsung hanya sementara.

Alkohol

Selain dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal, kebiasaan minum minuman beralkohol dalam waktu yang lama juga dapat memicu penurunan daya ingat, begitupun dengan konsumsi obat-obatan penenang. Jenis amnesia yang dialami jika terlalu banyak minum alkohol adalah amnesia anterograde yang diawali dengan kondisi pingsan atau kehilangan kesadaran sehingga memunculkan sindrom Wernicke-Korskaoff yang dapat membuat penderita sulit membentuk ingatan baru. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengurangi jumlah konsumsi alkohol demi kesehatan.

Baca juga: Dampak Minum Alkohol terhadap Kesehatan Ginjal

Cara Mendiagnosis Terjadinya Amnesia

Beberapa orang mungkin tidak bisa membedakan kondisi antara pikun, amnesia, ataupun demensia, padahal ketiganya berbeda. Dalam mengetahui apakah kondisi yang dialami itu adalah amnesia, maka coba ikuti panduan berikut:

  • Mencoba mengingat semua gejala yang sedang dialami terutama dalam beberapa bulan terakhir
  • Menulis semua faktor risiko amnesia yang berasal dari kebiasaan harian, seperti faktor stress atau pola hidup yang dijalani
  • Mencatat semua jenis obat yang dikonsumsi, termasuk vitamin dan suplemen

Untuk memastikan kondisi memori otak, ada beberapa cara diagnosis terjadinya amnesia, yaitu:

1. Pemeriksaan fisik

Sebelum memeriksa lebih detail terhadap kondisi penderita, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana memori otak yang hilang. Lalu dilalukan pemeriksaan fisik, seperti tes refleks, fungsi sensorik, keseimbangan, dan tes fisiologis dalam memastikan fungsi kerja otak dan sistem saraf.

2. Pemeriksaan kognitif

Tes kognitif digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir, menilai, serta ingatan memori jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya ingat. 

3. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara MRI dan CT scan pada otak untuk mengetahui adanya kerusakan atau kelainan pada otak sehingga dapat diketahui apakah penderita mengalami amnesia atau tidak. 

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Otak dan Meningkatkan Daya Ingat


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Prevention. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/prevention.html.
Strategies for short-term memory loss. Brain Aneurysm Foundation. https://www.bafound.org/patient-resources/recovery/strategies-for-short-term-memory-loss/.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app