Apa Perbedaan antara Obat Resep Dokter dan Obat OTC?

Dipublish tanggal: Mar 16, 2019 Update terakhir: Agu 25, 2021 Tinjau pada Apr 21, 2019 Waktu baca: 3 menit
Apa Perbedaan antara Obat Resep Dokter dan Obat OTC?

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Obat dengan logo lingkaran hitam berlatar hijau termasuk obat bebas yang bisa diperoleh tanpa resep.
  • Obat dengan logo lingkaran hitam berlatar biru termasuk obat bebas terbatas, biasanya disertai dengan peringatan.
  • Obat dengan logo lingkaran hitam berlatar merah termasuk obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
  • Obat OTC bisa diberikan untuk orang banyak tanpa spesifikasi khusus, sedangkan obat resep diberikan khusus untuk satu orang saja berdasarkan diagnosa dokter.
  • Obat-obatan OTC cukup aman dan memiliki efek samping yang minimal, sedangkan efek samping obat resep cenderung lebih besar sehingga butuh resep.
  • Klik untuk membeli obat dari rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD.

Masyarakat kadang merasa obat dari dokter lebih bagus daripada obat yang dijual bebas di pasaran (dikenal dengan obat OTC), Apakah isi dan kandungan antara resep dokter dan obat yang dijual bebas di pasaran berbeda? 

Pada dasarnya, baik obat yang dijual di pasaran maupun yang diresepkan oleh dokter memiliki golongannya masing-masing. Untuk lebih jelas mengentahui perbedaan antara obat OTC dan obat resep dokter, pertama-tama Anda harus memahami golongan-golongan obat yang beredar di pasaran.

Lingkaran hitam dengan latar berwarna hijau.

Obat-obatan yang berlogo ini termasuk obat bebas. Artinya, dapat diperoleh tanpa resep dokter dan bisa dibeli di toko obat, pedagang eceran, maupun apotek.

Lingkaran hitam dengan latar berwarna biru.

Obat-obatan yang berlogo ini termasuk obat bebas terbatas. Artinya, obat ini bisa diperoleh tanpa resep dokter dan dapat dibeli di warung, toko, atau apotek, tapi harus memerhatikan aturan-aturan tertentu. 

Biasanya, obat yang masuk dalam golongan ini disertai dengan peringatan yang diberi latar belakang warna hitam dengan tulisan:

P. No. 1 Awas! Obat Keras, Bacalah Aturan Pakainya!

P. No. 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan

P. No. 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan

P. No. 4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

P. No. 5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan

P. No. 6 Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. 

Lingkaran hitam dengan latar berwarna merah dan huruf K berwarna hitam.    

Obat-obatan yang berlogo ini termasuk obat keras (obat daftar G). Obat-obatan ini tidak dijual bebas, memperolehnya harus dengan resep dokter, dan memerhatikan aturan tertentu. 

Lingkaran merah dengan latar putih dan tengahnya bergambar palang berwarna merah. 

Obat-obatan dengan logo ini termasuk jenis psikotropika (narkotika). Memperolehnya harus dengan resep dokter, termasuk jenis obat keras, dan tidak dijual bebas. Pihak apotek yang diberi hak menjual pun wajib untuk melaporkan jumlah dan macamnya. 

Lingkaran hitam bertuliskan jamu.

Obat-obatan berlogo ini termasuk golongan jamu. Bisa diperoleh di toko obat, warung, dan apotek.

Selain dilihat dari golongan obat-obatan, ada beberapa perbedaan dasar yang membedakan antara obat OTC dan obat-obatan yang diresepkan dokter. 

OBAT-OBATAN OTC OBAT-OBATAN RESEP DOKTER

Tidak membutuhkan resep dokter, karena dari singkatannya OTC adalah Over The Counter yang berarti bisa dibeli secara bebas di toko atau supermarket

Membutuhkan resep dokter saat ingin membelinya dari apotek

Bisa dibeli secara bebas seperti di warung, supermarket, toko

Harus dibeli di apotek disertai dengan resep dokter yang jelas

Bisa diberikan untuk orang banyak tanpa spesifikasi. Namun, harus diperhatikan bahwa penggunaan obat tetes mata jangan digunakan bersamaan karena dapat meningkatkan risiko penularan

Diresepkan dan diberikan khusus untuk satu orang saja berdasarkan diagnosa yang ditentukan oleh dokter kepada pasien

Dibeli berdasarkan diagnosa sendiri tanpa pergi ke dokter atau ke rumah sakit tertentu. Contohnya saat seseorang sakit gigi akan membeli ponstan, atau saat merasa pusing ia akan membeli panadol.

Untuk membeli obat resep dokter, dibutuhkan diagnosa dan surat keterangan mengenai penyakit yang diderita secara jelas dari dokter          

Obat-obatan OTC cukup aman dan memiliki efek samping yang minimal

Memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan dengan obat-obatan OTC. Karena itulah, dibutuhkan resep dokter dan spesifikasi untuk satu pasien saja

Digunakan untuk mengobati penyakit- penyakit ringan

Digunakan untuk mengobati penyakit ringan, tapi juga bisa digunakan untuk penyakit yang lebih berat.

Bisa berbahaya jika salah digunakan

Bisa berbahaya jika disalahgunakan

Harga obat-obatan yang dijual bebas umumnya lebih murah, Namun ada juga obat-obatan OTC yang lebih mahal dibandingkan dengan obat-obatan generik

Harga obat-obatan yang diresepkan dokter umumnya lebih mahal, karena kandungannya mahal maupun adanya hak paten dari perusahaan yang mengeluarkannya

 


4 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Constipation Medications: OTC and Prescription Options. Healthline. (https://www.healthline.com/health/constipation-medication)
Chronic Pain: OTC or Prescription Medicine?. WebMD. (https://www.webmd.com/pain-management/features/when-to-call-doctor#1)
Alshehri, MohjaD & Almutairi, AbdulsalamT & Alomran, AsmaM & Alrashed, BatoolA & Kaliyadan, Feroze. (2017). Over-the-counter and Prescription Medications for Acne: A Cross-Sectional Survey in a Sample of University Students in Saudi Arabia. Indian Dermatology Online Journal. 8. 120. 10.4103/2229-5178.202273.. ResearchGate. (https://www.researchgate.net/publication/315327076_Over-the-counter_and_Prescription_Medications_for_Acne_A_Cross-Sectional_Survey_in_a_Sample_of_University_Students_in_Saudi_Arabia)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app