Anak Susah BAB

Dipublish tanggal: Mar 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Agu 13, 2019 Waktu baca: 3 menit
Anak Susah BAB

Pernahkah Anda melihat anak Anda meringis kesakitan ketika ingin buang air besar (BAB)? Atau sudah lebih dari tiga hari namun tidak BAB dan kehilangan nafsu makan? Jika ya, kemungkinan besar si buah hati mengalami konstipasi atau yang sering disebut sembelit.

Konstipasi bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari bayi maupun orang dewasa. Jika anak mengalami konstipasi, maka harus segera ditangani dengan cepat. Sembelit yang terus-terusan berlangsung, bisa mengakibatkan luka di sekitar saluran pembuangan atau anus.

Konstipasi bisa disebabkan oleh berbagai macam alasan. Dengan mengetahui penyebabnya, maka Anda bisa lebih mudah menanganinya di rumah. Apa penyebab sembelit dan bagaimana mengatasinya apabila terjadi pada balita?

Cari tahu penyebab konstipasi sebelum mengobati

Konstipasi atau sembelit tidak hanya merupakan frekuensi BAB yang sedikit, namun juga tekstur feses yang sangat keras dan bisa melukai saluran pembuangan pada balita. Penyebab konstipasi dapat dikarenakan beberapa hal, antara lain:

  • Balita kurang mengonsumsi makanan yang berserat. Makanan yang berserat seperti sayur dan buah sangat membantu pencernaan dan proses pembuangan alias BAB. Selain itu, mengganti roti putih biasa dengan roti gandum berserat tinggi sangat membantu proses pencernaan. Kurangnya mengonsumsi makanan berserat sangat mudah menyebabkan sembelit pada anak.
  • Balita tidak minum air putih yang cukup atau terlalu banyak mengonsumsi susu. Air putih sangat membantu pencernaan makanan, sedangkan susu formula atau susu sapi akan lebih susah dicerna dibandingkan ASI. Kurangnya air putih mengakibatkan susahnya balita buang air besar.
  • Jika balita adalah bayi yang baru mengenal makanan padat, tinjau kembali apa yang barusan dimakan. Mungkin saja pencernaan bayi belum siap menerima makanan itu.
  • Alasan medis. Jika balita sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, alangkah baiknya jika Anda mengonsultasikan kembali kepada dokter. Jika bukan karena obat, makanan yang dikonsumsi pun sudah memenuhi gizi seimbang, perhatikan lebih detail lagi apakah balita memiliki gangguan sistem pencernaan, ini biasanya terjadi oleh anak yang belum mampu mengutarakannya melalui percakapan.
  • Balita selalu tidak merespon keinginan untuk BAB secepatnya. Tertundanya BAB karena balita bermain atau berada di tempat baru juga dapat menyebabkan konstipasi.

Penanganan Utama 

Setelah mengetahui bahwa balita Anda mengalami konstipasi, sebaiknya Anda segera melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  • Berikan makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran lebih teratur. Berikan yang segar dan bukan merupakan makanan proses dari pabrik seperti biskuit dengan rasa buah atau makanan proses lainnya yang mengklaim mengandung sayur dan buah-buahan.   
  • Memperbanyak cairan air putih dan mengurangi susu formula. Sebaiknya juga tidak memberikan jus buah yang terlalu banyak mengandung gula.
  • Ciptakan rutinitas ke kamar mandi secara teratur setiap hari. Balita dapat melakukan BAB kurang lebih 15 menit setelah mengonsumsi makanan besar. Ajak anak Anda untuk ke toilet dan mencoba untuk buang air besar meskipun si anak belum menginginkannya.

    Selain itu jangan lupa untuk membuat suasana toilet menyenangkan. Menaruh gambar atau sticker menarik di dinding toilet dapat membantu buah hati untuk mau ke toilet secara rutin.
  • Berikan obat pelunak tinja. Konsultasikan umur dan riwayat alergi kepada dokter atau apoteker sebelum membeli obat pelunak tinja. Obat pelunak tinja atau yang biasa disebut Laxative terdiri dari berbagai jenis. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum membeli obat-obatan untuk anak-anak.

Kapan anda membutuhkan bantuan lebih lanjut?

Jika Anda sudah memberikan makanan berserat, air putih yang cukup, obat pelunak tinja dan melakukan rutinitas toilet setelah makan namun masih saja balita tidak bisa BAB.

Maka, sebaiknya Anda memeriksakan lebih lanjut kepada dokter. Kemungkinan terjadi luka pada saluran pembuangan membuat balita trauma sehingga konstipasi menjadi hal yang tidak mudah disembuhkan.

Hal terburuk yang bisa terjadi adalah pendarahan di saluran pembuangannya sehingga mempersulit anak untuk mengejan dan enggan untuk pergi ke toilet. Hilangnya nafsu makan akibat sembelit juga bisa memperburuk keadaan balita yang sedang membutuhkan gizi yang seimbang.

Apabila kontipasi atau sembelit belum dialami oleh balita Anda, sebaiknya berikan makanan berserat dalam menu makanannya, perbanyak air putih dan olahraga. Pepatah mengatakan “Lebih baik mencegah daripada mengobati” sangat tepat untuk menjaga kesehatan si buah hati.


15 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
2015-2020 Dietary Guidelines for Americans. U.S. Department of Health and Human Services and U.S. Department of Agriculture. https://health.gov/dietaryguidelines/2015/guidelines.
Rakel D, ed. Recurring abdominal pain in pediatrics. In: Integrative Medicine. 4th ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2018. https://www.clinicalkey.com.
Ferri FF. Constipation. In: Ferri's Clinical Advisor 2019. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2019. https://www.clinicalkey.com.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app