Bahaya Dehidrasi Akibat Diet Tinggi Protein

Dipublish tanggal: Jul 6, 2019 Update terakhir: Mei 27, 2021 Tinjau pada Okt 21, 2019 Waktu baca: 3 menit
Bahaya Dehidrasi Akibat Diet Tinggi Protein

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Menurunkan berat badan dengan melakukan diet sehat bisa dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan diet tinggi protein
  • Asupan protein yang diperlukan tubuh umumnya berfungsi untuk membantu membentuk massa otot tubuh serta mengatur produksi hormon dan enzim
  • Diet tinggi protein terbagi menjadi 2, yaitu pembatasan karbohidrat dan diganti protein serta diet yang mengganti seluruh asupan karbohidrat dengan protein
  • Risiko diet tinggi protein dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi karena kurangnya asupan cairan tubuh yang masuk akibat tidak merasa haus
  • Klik untuk membeli produk makanan dan minuman sehat dari rumah Anda melalui HDmall. Gratis ongkir ke seluruh Indonesia dan bisa COD

Metode penurunan berat badan dengan cara diet sebenarnya sah dilakukan termasuk upaya mengurangi atau meningkatkan asupan makanan tertentu demi mendapatkan berat badan ideal. Jenis diet sehat sendiri ada berbagai macam, termasuk diet protein. 

Agar upaya penurunan berat badan lebih maksimal, diet tak hanya mengacu pada pemilihan menu makanan sehat saja, tetapi juga diimbangi dengan aktivitas olahraga. Namun, sebelum menentukan pola diet yang tepat, termasuk saat ingin melakukan diet tinggi protein, Anda perlu mengetahui fakta mendalam seputar diet protein tersebut. 

Diet tinggi protein berarti diet dengan meningkatkan konsumsi asupan protein yang diperlukan tubuh. Selain dipercaya dapat membuat rasa kenyang lebih tahan lama, protein sendiri memiliki fungsi untuk membantu membangun dan membentuk massa otot tubuh, meningkatkan sistem imun tubuh, serta membantu mengatur produksi hormon dan enzim dalam tubuh.

Diet tinggi protein juga terbagi menjadi 2 jenis, yaitu diet yang disertai dengan pembatasan karbohidrat dan digantikan dengan protein serta diet yang menggantikan seluruh kebutuhan karbohidrat dengan protein. Namun sayangnya, pola diet tinggi protein yang salah justru dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh, termasuk menjadi penyebab dehidrasi. Bagaimana hal itu bisa terjadi? 

Hubungan diet tinggi protein dan risiko dehidrasi

Protein memang salah satu nutrisi penting yang diperlukan tubuh, tetapi asupan protein yang berlebihan juga dapat menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan tubuh. Salah satu risikonya adalah dehidrasi berat yang bisa terjadi jika asupan makanan tinggi protein dikonsumsi dalam jumlah besar dan pada waktu yang lama. Hal itu akan memperbesar resiko Anda terkena dehidrasi berat.

Sebuah penelitian menunjukkan fakta bahwa makanan tinggi protein dapat memicu peningkatan kadar nitrogen urea dalam darah. Hal ini terjadi karena seseorang yang menjalani diet protein tidak merasa haus setelah mengonsumsi makanan tinggi protein sehingga mereka cenderung tidak minum air putih yang cukup. 

Padahal pada saat pengecekan, kadar nitrogen urea dalam darah akan mengalami peningkatan dan berada pada jumlah yang tidak normal. Jumlah kadar nitrogen urea dalam darah dapat kembali normal setelah mengurangi konsumsi makanan tinggi protein.

Baca juga: Selain Daging, Ini 5 Makanan Tinggi Protein

Pengaruh diet tinggi protein pada tubuh

Saat mengonsumsi makanan dengan kandungan protein yang tinggi, terdapat zat nitrogen yang tidak bisa dicerna oleh tubuh sehingga zat tersebut akan diurai menjadi urea dalam darah atau disebut sebagai nitrogen urea. Urea ini merupakan hasil pembuangan dari proses pencernaan protein yang akan dikeluarkan oleh tubuh melalui urine setelah disaring oleh ginjal.

Ginjal yang sehat akan mengeluarkan urea melalui urine sehingga kadar urea dalam darah akan tetap terjaga pada batas normal dan stabil. Urea sendiri secara tidak langsung dapat menunjukkan seberapa baik kondisi kesehatan ginjal dan kecukupan cairan dalam tubuh. 

Apabila Anda mengonsumsi makanan tinggi protein yang terlalu banyak, maka kandungan urea dalam darah akan meningkat dan pekerjaan ginjal cenderung menjadi lebih berat. Hal ini membuat urine menjadi berwarna kuning pekat dan menandakan bahwa tubuh mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. 

Baca juga: 6 Arti Warna Urine

Dehidrasi yang parah jika dibiarkan terus menerus tentunya akan berbahaya bagi kesehatan tubuh, termasuk menimbulkan sejumlah gejala dehidrasi seperti pusing, lemas, heat stroke, pingsan serta munculnya masalah jantung dan pembuluh darah.

Perbanyak minum air putih saat diet tinggi protein

Jika Anda sedang menjalani diet tinggi protein, mencukupi kebutuhan cairan tubuh sangatlah penting terutama bagi ginjal. Dengan minum air putih yang cukup, hal itu dapat membantu mencegah dehidrasi serta meringankan kinerja fungsi ginjal dan membantu mengeluarkan kandungan nitrogen urea dari dalam tubuh melalui urine. 

Tetap minum air putih secara berkala walaupun Anda tidak merasa haus karena kebiasaan baik itu juga dapat membantu menjaga keseimbangan pemenuhan cairan tubuh. Anda juga dapat meningkatkan asupan cairan tubuh dengan minum cairan elektrolit yang juga kaya akan kandungan karbohidrat untuk mengembalikan energi serta mencegah risiko dehidrasi. 

Baca juga: Benarkah Minum Air Putih 8 Gelas Sehari Sudah Cukup?

Selain dehidrasi, diet tinggi protein lainnya juga dapat menyebabkan risiko seperti bau mulut, sembelit, serta penyakit jantung ataupun ginjal. Oleh karena itu, Anda bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk memastikan bahwa diet protein memang cocok untuk tubuh Anda dan dapat membantu menjaga berat badan ideal serta kesehatan tubuh.


29 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Wu G. (2016). Dietary protein intake and human health. DOI: (https://doi.org/10.1039/C5FO01530H)
Wang Z, et al. (2018). DOI: (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30535398)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app