Alergi Telur? Cobalah 5 Makanan Pengganti Telur yang Kaya Protein

Tetapi pada sebagian orang mempunyai alergi telur atau tidak menyukai telur tentu menjadi permasalahan sendiri guna memenuhi kebutuhan gizinya. Apakah ada makanan pengganti sumber protein selain telur? Simak artikel di bawah ini.
Dipublish tanggal: Jul 8, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 21, 2019 Waktu baca: 2 menit
Alergi Telur? Cobalah 5 Makanan Pengganti Telur yang Kaya Protein

Telur adalah salah satu sumber protein terbaik untuk tubuh. Selain sebagai sumber protein, telur juga mempunyai banyak kandungan gizi lainnya yang diperlukan tubuh. Telur mempunyai kandungan lebih dari 6gr protein, 90% kalsium dan zat besi pada kuning telurnya, serta 9 asam amino esensial. 

Tetapi pada sebagian orang mempunyai alergi telur atau tidak menyukai telur tentu menjadi permasalahan sendiri guna memenuhi kebutuhan gizinya. Apakah ada makanan pengganti sumber protein selain telur? Simak artikel di bawah ini.

5 makanan pengganti telur

Jika Anda mempunyai alergi terhadap telur, Anda bisa mencoba 5 makanan pengganti telur berikut ini supaya memenuhi kebutuhan protein Anda sehari-hari:

1. Produk olahan susu

Salah satu makanan pengganti telur terbaik adalah susu dan produk olahan dari susu. Misalnya, yoghurt, keju, keju cottage, dan lainnya. Setiap bahan makanan yang terbuat dari susu memiliki protein dalam jumlah yang cukup dan menjadi sumber kalsium yang baik untuk tubuh Anda. 

Contohnya dalam 1 cangkir keju cottage terdapat 24 gram protein, dan pada yoghurt memiliki protein sebanyak 20 gram per porsinya. Selain itu susu juga mempunyai kandungan kalsium yang tinggi, vitamin B2, dan fosfor yang bagus untuk kesehatan tulang dan perkembangan tubuh Anda.

2. Daging hewan

Salah satu makanan pengganti telur yang memiliki kandungan protein tinggi yaitu daging sapi, daging domba, ayam ataupun daging unggas lainnya. Selain itu, daging hewan juga mempunyai kandungan zat besi yang baik untuk melancarkan peredaran oksigen dalam tubuh. 

Dada ayam memiliki 43 gram protein di dalamnya. Sedangkan Daging pada daging domba tanpa lemak mengandung sekitar 28,22 gram protein dalam ukuran 100 gram. 

Walaupun daging hewan mempunyai kandungan lemak jenuh yang tinggi, mengkonsumsi daging hewan dalam jumlah yang cukup tidak akan menimbulkan efek tertentu bagi tubuh Anda.

Kenapa tidak boleh mengkonsumsi daging hewan secara berlebihan? Hal ini dikarenakan lemak pada daging dapat membuat penumpukan plak pada dinding arteri yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung

3. Ikan atau seafood

Ikan mempunyai nutrisi yang hampir sama dengan telur dan daging. Selain ikan, sumber protein juga bisa didapatkan dari makanan laut lainnya seperti tiram, udang, dan kerang. Sebaiknya Anda mengkonsumsi ikan salmon karena memiliki lemak yang rendah. 

Jumlah protein yang terdapat pada ikan salmon, ikan nila dan ikan tuna yaitu sebesar 21 gram per porsinya, sehingga mampu mencukupi kebutuhan protein tubuh sehari-hari. Sedangkan pada 4 ons udang memiliki kandungan 24 gram protein dan 120 kalori.

4. Olahan berbahan dasar gandum

Olahan biji gandum utuh seperti tepung gandum, roti gandum dan pasta gandum memiliki kandungan protein dan nutrisi lainnya. Olahan biji gandum sebesar 100 gram memiliki kandungan protein sebesar 12,5 gram. 

Tidak selengkap seperti telur, kandungan protein pada biji gandum tidak semuanya terdapat dalam biji gandum. Asam amino esensial adalah salah satu contoh protein yang tidak ada pada biji gandum. Namun demikian biji gandum tetap sehat dan bergizi untuk dijadikan bahan pengganti telur.

5. Tofu

Tofu adalah produk olahan dari kedelai. Tofu dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh dengan baik. Kandungan dari kedelai yang telah dimodifikasi menjadi bahan makanan lain, secara genetik dapat mengubah kadar kolesterol jahat menjadi kolesterol baik.


16 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app