Gangguan Paru-Paru pada Bayi Prematur

Dipublish tanggal: Mei 20, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Waktu baca: 5 menit
Gangguan Paru-Paru pada Bayi Prematur

Bayi yang lahir sebelum minggu 37 kehamilan dianggap bayi prematur. Kondisi bayi yang lahir secara prematur cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menghadapi satu atau lebih komplikasi pasca kelahiran. Salah satu masalah utama yang sering terjadi adalah gangguan pada paru-paru bayi yang baru lahir.

Paru-paru bayi biasanya dianggap matang pada minggu ke-36. Namun tidak semua bayi berkembang dengan kecepatan yang sama sehingga bisa saja terjadi pengecualian. Jika diketahui sebelumnya bahwa bayi akan lahir lebih awal, beberapa calon ibu mungkin memerlukan suntikan steroid sebelum melahirkan untuk mempercepat perkembangan paru-paru. Karena paru-paru yang belum matang bisa berbahaya bagi bayi dan menimbulkan beberapa komplikasi.

Baca juga: Cara Merawat Bayi Prematur di Rumah

Gangguan paru-paru pada bayi prematur

1. Sindrom gangguan pernapasan (RDS)

Masalah paru-paru yang paling umum terjadi pada bayi prematur adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS). Kondisi ini sebelumnya dikenal sebagai penyakit membran hialin (HMD) di mana seorang bayi mengalami RDS ketika paru-paru tidak menghasilkan jumlah surfaktan yang cukup.

Surfaktan adalah zat yang membentuk kantung udara kecil di paru-paru agar tetap terbuka. Akibatnya bayi prematur sering mengalami kesulitan memperluas paru-parunya, mengambil oksigen, dan menyingkirkan karbon dioksida. Pada rontgen dada, paru-paru bayi dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) akan terlihat seperti kaca.

Kondisi RDS lebih sering terjadi pada bayi prematur. Hal ini dikarenakan paru-paru biasanya tidak mulai memproduksi surfaktan sampai sekitar minggu ke-30 kehamilan. RDS akan cenderung bersifat lebih ringan pada bayi yang ibunya telah menerima pengobatan steroid sebelum melahirkan.

Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko bayi terkena RDS meliputi:

  • merupakan ras Kaukasia
  • berjenis kelamin laki-laki
  • memiliki sejarah keluarga gangguan pernapasan
  • memiliki ibu penderita diabetes

Perawatan untuk Respiratory Distress Syndrome (RDS) dilakukan dengan pemberian tambahan zat surfaktan yang saat ini sudah dapat diproduksi secara buatan dan dapat diberikan kepada bayi jika dokter mencurigai adanya gangguan ini. Sebagian besar bayi mungkin juga membutuhkan oksigen ekstra dan dukungan dari ventilator.

2. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus. Beberapa bayi terkena pneumonia saat mereka masih dalam kandungan sehingga harus dirawat saat lahir. Tetapi beberapa bayi juga dapat mengalami pneumonia beberapa minggu setelah lahir. Hal ini biasanya disebabkan karena penggunaan ventilator pada bayi untuk mengatasi masalah pernapasan seperti sindrom gangguan pernapasan atau displasia bronkopulmoner.

Selain pemberian antiobiotik, bayi dengan kondisi pneumonia akibat bakteri perlu dirawat dan diobati dengan peningkatan jumlah oksigen atau bahkan ventilasi mekanis (mesin pernapasan). 

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Pneumonia

3. Apnea prematuritas

Masalah pernapasan lain yang umumnya terjadi pada bayi prematur disebut apnea prematuritas. Kondisi ini terjadi ketika bayi berhenti bernapas dan sering menyebabkan denyut jantung serta kadar oksigen dalam darah jadi menurun. Apnea prematuritas terjadi pada hampir 100 persen bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 28 minggu. Tetapi kondisi ini jauh lebih jarang terjadi pada bayi prematur dengan usia lebih tua terutama yang lahir pada usia 34 minggu atau lebih.

Apnea prematuritas biasanya tidak terjadi segera setelah lahir dan kondisi ini terjadi lebih umum pada usia 1-2 hari bahkan terkadang tidak jelas sampai bayi dilepaskan dari ventilator. Ada 2 penyebab utama apnea pada bayi prematur, yaitu:

  • Bayi "lupa" bernapas karena sistem sarafnya belum matang sempurna. Kondisi ini disebut dengan apnea sentral
  • Bayi mencoba bernapas tetapi jalan napasnya runtuh. Udara tidak bisa mengalir masuk dan keluar dari paru-paru. Kondisi ini disebut dengan apnea obstruktif

Bayi prematur sering mengalami apnea "campuran" yang merupakan kombinasi dari apnea sentral dan obstruktif. Bayi yang berisiko apnea prematuritas perlu dihubungkan ke monitor untuk mencatat detak jantung, laju pernapasan, dan tingkat oksigen dalam darah.

Jika salah satu dari angka pemeriksaan tersebut jatuh di bawah tingkat normal, maka dapat dikatakan bahwa bayi mengalami episode apnea. Untuk mengatasinya, diperlukan rangsangan pada bayi yang biasanya dilakukan dengan lembut melalui gosokan pada dada atau punggung bayi agar bayi dapat bernapas kembali.

Apnea sentral dapat diobati dengan pemberian obat yang disebut aminofilin. Obat ini menstimulasi sistem pernapasan bayi yang belum matang dan mengurangi jumlah episode apnea. Jika episode cukup parah, penggunaan ventilator mungkin diperlukan. Bayi dengan apnea obstruktif seringkali perlu dihubungkan ke ventilator melalui tabung endotrakeal untuk menjaga saluran udara tetap terbuka.

Apnea prematuritas biasanya sembuh pada saat bayi berusia 40-44 minggu. Usia tersebut termasuk jumlah minggu kehamilan ditambah jumlah minggu sejak kelahiran bayi. Terkadang kondisi ini dapat sembuh sendiri pada usia 34-35 minggu atau bisa juga berlanjut dan membutuhkan terapi jangka panjang. Orang tua perlu memberi bayi pengobatan berupa aminofilin dan menggunakan monitor apnea di rumah.

4. Pneumotoraks

Bayi dengan kondisi Respiratory Distress Syndrome (RDS) terkadang mengalami komplikasi yang dikenal sebagai pneumotoraks atau paru-paru yang kolaps. Tetapi pneumotoraks juga dapat terjadi tanpa gejala atau gangguan Respiratory Distress Syndrome (RDS).

Kondisi gangguan pneumotoraks berkembang ketika kantung udara kecil di paru pecah. Udara keluar dari paru-paru ke ruang antara paru-paru dan dinding dada. Jika sejumlah besar udara menumpuk, paru-paru tidak dapat mengembang dengan baik.

Untuk mengobati gangguan pernapasan ini, pneumotoraks dapat dikeringkan dengan memasukkan jarum kecil ke dada. Jika pneumotoraks menumpuk setelah dikeringkan dengan jarum, tabung dada dapat dimasukkan di antara tulang rusuk. Tabung dada terhubung ke perangkat penghisap. Pengobatan ini dilakukan secara terus-menerus untuk menghilangkan udara yang telah menumpuk sampai lubang kecil di paru-paru sembuh.

5. Displasia bronkopulmoner

Komplikasi lain dari Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah displasia bronkopulmonalis (BPD). Ini adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan akibat cedera pada paru-paru. BPD terjadi pada sekitar 25-30 persen bayi prematur yang lahir sebelum 28 minggu.

Penyebab mendasar BPD tidak dapat dipahami dengan baik, tetapi biasanya terjadi pada bayi yang menggunakan ventilator dan atau menerima oksigen tambahan. Sayangnya, BPD dapat menyebabkan bayi memerlukan terapi oksigen yang berkelanjutan dan dukungan ventilator. Ketika bayi berusia 3-4 minggu, dokter terkadang menggunakan obat diuretik dan obat hirup untuk membantu melepas bayi dari ventilator.

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengobati Displasia Bronkopulmoner

Cara mencegah masalah paru-paru pada bayi prematur

Cara terbaik untuk mencegah masalah paru-paru pada bayi prematur adalah dengan menghindari kelahiran prematur. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kelahiran prematur, termasuk:

  • Hindari kebiasaan merokok dan area penuh asap rokok
  • Jangan menggunakan obat-obatan terlarang
  • Hentikan kebiasaan minum alkohol
  • Mengonsumsi makanan sehat
  • Bicarakan dengan dokter mengenai perawatan kehamilan yang baik

11 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Premature birth statistics. (n.d.) (http://www.preemiesurvival.org/info/)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app