Reaksi Alergi Anafilaksis

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Nov 10, 2020 Tinjau pada Mei 5, 2019 Waktu baca: 2 menit
Reaksi Alergi Anafilaksis

Anafilaksis adalah suatu respon Alergi yang berat dan menyerang berbagai organ dan mengancam jiwa.

Reaksi anafilaksis terbagi menjadi dua kategori berdasarkan mekanisme kerjanya menurut World Allergy Organization, 2014

  • Anafilaksis imunologis
  • Anafilaksis non imunologis (Reaksi Anafilaktoid)

Merupakan reaksi yang berhubungan dengan system imun baika difasilitasi oleh immunoglobulin (E dan G), atau melibatkan senyawa komplemen.

Merupakan reaksi yang menginduksi pengeluaran sel mast atau basophil tanpa melibatkan reaksi imunologis.

Etiologi Analfilaksis atau Penyebab anafilaksis sangat beragam, diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen (jamur atau ekstrak rumput-rumputan), serum kuda, zat diagnostik (misalnya zat radioopak untuk radiodiagnostik) bisa ular (venom), sengatan lebah, produk darah, anestetikum local seperti lidokain atau prokain, enzim, hormone dan lain-lain Beberapa makanan telah dikenal sebagai penyebab alaergi anafilaktik seperti susu sapi, kerang, dan kacang-kacangan.

Patofisiologi Reaksi Alergi Anafilaksis Akan lebih jelas kalau kita lihat pengaruh mediator pada organ target seperti sistem kardiovaskuler, traktus respiratorius, traktus gastrointestinalis dan kulit. Rangsangan alergen pada sel mast menyebabkan dilepaskannya mediator kimia yang sangat kuat yang memacu serangkaian peristiwa fisiologik yang menghasilkan gejala anafilaksis.

Histamin yang merupakan salah satu mediator sel mast dapat menyebabakan kontraksi otot polos bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi atau penyempitan bronkus. Pada sistem pembuluh darah menyebabkan pelebaran pembuluh darah dijaringan, sedangkan pada pembuluh darah yang lebih besar menyebabkan konstriksi  atau penyempitan karena kontraksi otot polos. Selanjutnya histamin meninggikan permeabiltas kapiler dan venula pasca kapiler.

Perubahan pembuluh darah ini menyebabkan respon wheal-flare, dan biia terjadi secara sistemik dapat menimbulkan hipotensi, urtikaria dan angioedema. Pada traktus gastrointestinalis histamin meningkatkan pengeluaran enzim-enzim pencernaan mukosa lambung, sedangkan pelepasan histamin terjadi secara sistemik mengakibatkan aktifitas otot polos usus dapat meningkat menyebabkan diare dan pergerakan usus menjadi lebih cepat .

Gejala klinis reaksi alergi anafilaksis

Gejalanya dapat berupa reaksi lokal dan reaksi sistemik. reaksi lokal terdiri dari urtikaria dan angioedema (bengkak seluruh tubuh) pada daerah yang kontak dengan antigen. Reaksi lokal dapat berat tetapi jarang sekali fatal. Reaksi sistemik terjadi pada organ target seperti saluran pernafasan, sistem jantung dan pembuluh darah, saluran pencernaan, dan kulit.

Reaksi ini biasanya terjadi dalam waktu beberapa detik hingga menit sesudah kontak dengan penyebab.Gejala awal reaksi sistemik ringan adalah rasa gatal dan panas dibagian perifer tubuh, biasanya disertai perasaan penuh dalam mulut dan tenggorokan.

Angiodem karena Alergi

Pencegahan merupakan aspek yang terpenting pada penatalaksanaan anafilaksis. Pencegahan meliputi anamnesis yang teliti, penggunaan antibiotik sesuai indikasi, dan melakukan uji kulit terhadap beberapa antibiotika atau antitoksin yang berasal dari serum hewan sebelum di berikan kepada pasien. Hindari paparan allergen yang menyebabkan Anda alergi.

 


27 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app