Inilah Perbedaan Vaksin MR dan Vaksin MMR yang Perlu Anda Ketahui

Dipublish tanggal: Okt 23, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Nov 15, 2019 Waktu baca: 3 menit
Inilah Perbedaan Vaksin MR dan Vaksin MMR yang Perlu Anda Ketahui

Vaksin MR merupakan perpaduan dari vaksin Measles (M) atau campak dan vaksin Rubella (R). Sedangkan vaksin MMR merupakan kombinasi vaksin yang meliputi Mumps (gondongan), Measles (campak), dan Rubella. Lantas, apa perbedaan dari keduanya? Mengapa program imunisasi vaksin MR lebih utama daripada vaksin MMR? Simak penjelasannya di bawah ini.

Vaksin MR biasanya diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh virus campak dan rubella (campak Jerman). Campak dan rubella ini termasuk penyakit yang menginfeksi tubuh manusia dan dapat menular akibat virus. Penyakit ini biasanya dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita melalui saluran pernapasan berupa bersin dan batuk.

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Vaksinasi via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket vaksinasi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Apa perbedaan vaksin MR dan vaksin MMR?

Campak dapat membuat lemahnya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menimbulkan beberapa gejala, seperti demam, batuk, ruam, mata merah dan berair, serta pilek. Campak pada beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi serius berupa pneumonia, diare, infeksi telinga, kerusakan otak, bahkan kematian.

Sedangkan rubella atau campak jerman merupakan infeksi virus yang dapat menyebabkan demam, ruam, sakit kepala, mata merah dan gatal, serta demam. Rubella sendiri dapat terjadi pada anak-anak dan remaja. Kondisi yang paling parah dari virus ini dapat memberikan dampak buruk bagi ibu hamil yang tertular, yaitu dapat menyebabkan terjadinya keguguran bahkan kematian pada bayi.

Selain itu, bayi yang lahir berisiko mengalami cacat lahir yang serius seperti kebutaan dan tuli. Alasan inilah mengapa imunisasi vaksin MR lebih diutamakan sebagai cara untuk mencegah terjadinya infeksi rubella saat kehamilan yang dapat membuat bayi lahir dengan kelainan atau kecacatan serius bahkan kematian.

Selain itu, vaksin MR merupakan pengganti dari vaksin MMR yang saat ini sudah tidak tersedia lagi di pelayanan kesehatan Indonesia karena sudah hampir tidak pernah ditemukan lagi wabah penyakit ini. Vaksin MMR merupakan vaksin yang sebelumnya diberikan untuk mencegahpenyakit campak, gondongan, dan rubella. Perbedaan dari vaksin MR dan MMR sebenarnya berada dalam kandungan mumps yang berperan untuk melawan gondongan yang tidak ada di vaksin MR.

Gondongan sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengan gejala yang ditimbulkan berupa nyeri sendi, sakit kepala, demam, serta terjadinya pembengkakan pada beberapa kelenjar di bawah telinga, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan. Gondongan juga dapat menjadi penyebab terjadinya komplikasi dari pembengkakan testis atau ovarium yang dapat menyebabkan kemandulan, meningitis, tuli, dan bahkan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Namun di Indonesia kondisi ini sudah jarang terjadi.

Baca juga: Cara Merawat Gondongan pada Anak di Rumah

Iklan dari HonestDocs
Booking Klinik Vaksinasi via HonestDocs

Dapatkan diskon hingga 70% paket vaksinasi hanya dari HonestDocs. Klik dan booking sekarang!

Vaksinasi oleh Pemerintah Indonesia

Saat ini, Pemerintah Indonesia melakukan prioritas terhadap vaksin MR dengan membuat program pengendalian penyakit campak dan rubella karena bahaya yang ditimbulkan dapat mneyebabkan komplikasi lain serta membahayakan nyawa. Sebab itulah, anak yang telah mendapatkan imunisasi MMR tetap harus mendapatkan vaksin MR untuk memastikan kekebalan tubuhnya terjaga dalam melawan virus MR dan MMR.

Vaksin MR ini akan diberikan untuk semua anak mulai dari usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun selama program imunisasi MR masih dikampanyekan. Setelah itu, imunisasi MR akan menjadi jadwal rutin imunisasi yang diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan, dan saat anak memasuki bangku Sekolah Dasar (SD).

Vaksin MR diakui lebih efektif ketika diberikan pada anak sekalipun anak tersebut telah mendapatkan vaksin MMR sebelumnya. Vaksin MR juga telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia dengan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin ini telah digunakan lebih dari 141 negara di penjuru dunia. Selain itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia juga menyatakan bahwa vaksin MR tidak menyebabkan kelumpuhan atau autisme seperti isu yang sempat beredar di masyarakat.

Reaksi yang dapat ditimbulkan vaksin ini umumnya hampir sama seperti vaksin suntik lainnya. Beberapa efek samping yang akan timbul setelah vaksin dapat berupa ruam merah, demam ringan, pembengkakan, dan rasa nyeri di area bekas suntikan setelah imunisasi. Namun reaksi ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar 2-3 hari setelahnya.

Campak merupakan penyakit yang dapat membunuh anak-anak, ditambah lagi dengan rubella yang dapat menimbulkan kecacatan lahir seumur hidup. Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk mengobati campak dan rubella, tetapi keduanya bisa dicegah dengan pemberian imunisasi vaksin MR. Sehingga sebaiknya anak Anda segera diberikan vaksin MR untuk memberikan kekebalan tubuh yang baik dalam mencegah penyakit tersebut.

Selain anak-anak dan remaja, orang dewasa juga perlu diberikan vaksin ini terutama untuk wanita yang sedang menjalani program kehamilan. Sebaiknya Anda melakukan konsultasi terlebih dahulu pada dokter terdekat atau ahli medis setempat demi kesehatan buah hati.

18 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
What would happen if we stopped vaccinations? (2014). (http://www.cdc.gov/vaccines/vac-gen/whatifstop.htm)
Wakefield AJ, et al. (1998). Retracted: Ileal-lymphoid-nodular hyperplasia, non-specific colitis, and pervasive developmental disorder in children. (http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(97)11096-0/abstract)
Uno U, et al. (2012). The combined measles, mumps, and rubella vaccines and the total number of vaccines are not associated with development of autism spectrum disorder: The first case-control study in Asia [Abstract]. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22521285)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app