Bagaimana Rekomendasi Terbaru Penggunaan Azithromycin dan Oseltamivir pada Pasien COVID-19?

Dipublish tanggal: Jul 21, 2021 Update terakhir: Jul 21, 2021 Waktu baca: 3 menit
Bagaimana Rekomendasi Terbaru Penggunaan Azithromycin dan Oseltamivir pada Pasien COVID-19?

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Azithromycin adalah antibiotik yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, bukan infeksi virus seperti SARS-CoV-2 penyebab COVID-19;
  • Penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau secara berlebihan justru dapat menurunkan efektivitas obat dan memicu resistensi bakteri;
  • Oseltamivir digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus flu (influenza) dan tidak efektif mengobati infeksi COVID-19;
  • Azithromycin dapat diberikan jika terdapat kecurigaan ko-infeksi dengan mikroorganisme atipikal, yakni pada kasus suspek berat dan kritis;
  • Oseltamivir dapat diresepkan pada pasien COVID-19 hanya jika diduga terinfeksi virus influenza;
  • Klik untuk membeli perlengkapan new normal dari rumah Anda melalui HDmall. *Gratis ongkos kirim ke seluruh Indonesia dan bisa COD;
  • Dapatkan paket tes COVID-19 berupa swab PCRswab antigen, dan rapid test dengan harga bersahabat dan tim medis berpengalaman di HDmall.

Azithromycin dan oseltamivir adalah dua jenis obat yang paling banyak dicari pada masa pandemi COVID-19. Pasalnya, kedua obat ini masuk dalam bagian terapi pasien COVID-19 untuk membantu meringankan gejala, baik pada pasien bergejala ringan hingga berat.

Namun, baru-baru ini, beberapa organisasi profesi kedokteran mengusulkan agar tak lagi ‘mewajibkan’ penggunaan azithromycin dan oseltamivir dalam standar perawatan pasien COVID-19. Kenapa begitu?

Sekilas tentang azithromycin dan oseltamivir

Azithromycin adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri yang menyebabkan gejala radang tenggorokan hingga radang paru. Obat ini termasuk golongan antibiotik tipe makrolida yang fungsinya menghentikan pertumbuhan bakteri dalam tubuh.

Sementara itu, oseltamivir adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus flu (influenza). Obat ini mampu mengurangi gejala seperti hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, hingga demam sekaligus mempercepat pemulihan selama 1-2 hari.

Pada awal pandemi COVID-19, obat oseltamivir diberikan secara empiris karena sulitnya membedakan mana gejala akibat virus corona dan mana gejala karena virus influenza. Penggunaan azithromycin selama ini juga diberikan pada kasus gejala ringan hingga berat, sebab mulanya diduga memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu meredakan gejala COVID-19.

Baca juga: Ivermectin dan ‘Susu Beruang’ Bukan Obat COVID-19, Ini Faktanya

Kenapa keduanya tidak direkomendasikan untuk mengobati COVID-19?

Azithromycin dan oseltamivir diusulkan tak lagi menjadi standar perawatan pasien COVID-19. Usulan rekomendasi ini berasal dari surat revisi protokol tatalaksana COVID-19 yang disusun oleh 5 organisasi profesi: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular (PERKI), Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Dilihat dari cara kerjanya, azithromycin berfungsi untuk mengatasi infeksi bakteri. Itu artinya, obat ini tentu tidak akan mampu melawan infeksi yang disebabkan oleh virus, termasuk virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. 

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan, ternyata hanya sedikit pasien COVID-19 yang benar-benar membutuhkan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak perlu atau secara berlebihan justru dapat menurunkan efektivitas obat dan memicu resistensi bakteri. Alih-alih meredakan gejala COVID-19, bakteri yang menginfeksi dalam tubuh malah jadi kebal dan sulit diatasi.

Berdasarkan penelitian terbaru dalam jurnal JAMA, pengobatan azithromycin dosis tunggal dengan pil kosong (plasebo) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap hilangnya gejala COVID-19 pada pasien rawat jalan. Dengan kata lain, temuan ini tidak mendukung penggunaan rutin azithromycin untuk pasien COVID-19.

Di sisi lain, oseltamivir sebetulnya obat yang bagus untuk influenza, tetapi tidak cocok untuk mengobati infeksi COVID-19. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dalam jurnal Bioorganic Chemistry tahun 2020 yang menyatakan bahwa oseltamivir tidak efektif untuk pasien COVID-19.

Namun, hingga 15 Juli 2021, belum ada keputusan final atau perubahan tatalaksana dari Kemenkes RI mengenai usulan tersebut. Azithromycin dan oseltamivir tetap dapat diberikan, tetapi hanya sebagai terapi tambahan dan diberikan pada pasien COVID-19 dengan kondisi tertentu.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi, menegaskan hingga kini belum ada perubahan pedoman terkait oseltamivir dan azithromycin untuk pasien COVID-19 bergejala ringan. Artinya, kedua obat tersebut masih digunakan untuk pasien isoman COVID-19, termasuk dalam paket obat gratis kerja sama Kemenkes dan 11 layanan telemedicine gratis.

Baca juga: Pahami dan Waspadai Gejala Long COVID!

Kapan pasien COVID-19 boleh menggunakan azithromycin dan oseltamivir?

Pada dasarnya, azithromycin dan oseltamivir tetap dapat digunakan sebagai terapi COVID-19. Akan tetapi, hal ini hanya bisa ditentukan oleh dokter--bukan keputusan sendiri dan tidak untuk penggunaan rutin.

Azithromycin dapat diberikan jika terdapat kecurigaan ko-infeksi dengan mikroorganisme atipikal, yakni pada kasus suspek berat dan kritis. Begitu pula dengan oseltamivir, obat ini juga masih bisa diresepkan pada pasien COVID-19 hanya jika diduga terinfeksi virus influenza. Kalau tidak, maka obat tersebut sebaiknya tidak diberikan.

Bagaimana jika pasien yang sedang isolasi mandiri telanjur menggunakan kedua obat tersebut? Sebaiknya segera hentikan penggunaannya. Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter untuk mengetahui apakah kamu benar-benar membutuhkan azithromycin dan oseltamivir atau tidak.

Baca juga: Lawan COVID-19, Ini Tips Isolasi Mandiri yang Aman buat Kamu


5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
JAMA. Effect of Oral Azithromycin vs Placebo on COVID-19 Symptoms in Outpatients With SARS-CoV-2 Infection. (https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2782166). 16 Juli 2021.
The Indonesian Food and Drug Authority. Informatorium of COVID-19 Drugs in Indonesia. (https://www.pom.go.id/new/admin/dat/20201203/Informatorium_COVID-19_Indonesian_FDA_(english_version)_edit.pdf). Maret 2020.
Bioorganic Chemistry. Is oseltamivir suitable for fighting against COVID-19: In silico assessment, in vitro and retrospective study. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7463036/). 2 September 2020.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app