Lactose Intolerance - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Mar 7, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Waktu baca: 3 menit

Intoleransi laktosa serjng disamakan dengan alergi susu. Namun keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Intoleransi laktosa banyak ditemukan terjadi di negara Amerika, Afrika, Asia dan Meksiko. 

Penderita intoleran laktosa mengalami kesulitan mencerna laktosa sehingga mengalami sakit perut hingga diare setiap mengonsumsi susu dan produk olahannya. 

Sementara alergi susu membuat sistem kekebalan tubuh menganggapnya sebagai benda asing. Selain mengalami gangguan pada saluran pencernaan, 

seseorang yang alergi susu biasanya juga mengalami gatal-gatal pada kulit hingga sesak nafas. Artikel di bawah ini akan membahas pengertian, penyebab, gejala, diagnosis dan cara penanganan intoleransi laktosa.

Intoleransi laktosa adalah kesulitan pada tubuh untuk mencerna laktosa. Laktosa merupakan salah satu jenis gula yang terdapat pada produk susu dan olahannya seperti yoghurt dan keju. 

Laktosa dicerna di dalam usus kecil yang mana menghasilkan enzim laktase. Enzim laktase ini nantinya memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa yang merupakan bentuk sederhana dari gula dan mudah diserap oleh tubuh. 

Glukosa bersama beberapa sari makanan lain akan disalurkan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Kondisi intoleransi laktosa menyebabkan seseorang mengalami sakit perut hingga diare ketika mengonsumsi susu dan produk olahannya serta rawan kekurangan asupan kalsium.

Penyebab Penyakit Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa memiliki beberapa penyebab. Berdasarkan penyebabnya terdapat berbagai jenis intoleransi laktosa yaitu:

  • Primer, berkurangnya jumlah enzim laktase seiring bertambahnya usia dan faktor keturunan.
  • Sekunder, berkurangnya jumlah enzim laktase akibat penyakit tertentu seperti infeksi usus, radang usus besar, celiac, crohn atau efek dari kemoterapi.
  • Dampak dari masa pertumbuhan, berkurangnya enzim laktase diakibatkan belum sempurnanya perkembangan usus halus. Intoleransi jenis ini biasanya dialami oleh bayi yang lahir prematur.
  • Kelainan genetik, jumlah enzim laktase sedikit hingga tidak ada sama sekali akibat kelainan genetik dari kedua orang tua bayi.

Gejala Penyakit Intoleransi Laktosa

Seseorang dengan intoleransi laktosa akan menunjukkan gejala perut kembung, kram, mual, buang angin terus menerus hingga diare. 

Gejala ini terjadi setelah 30 menit sampai dengan 2 jam mengonsumsi susu atau produk olahannya. Parah tidaknya gejala yang ditunjukkan bergantung jumlah laktosa yang dikonsumsi.

Susu merupakan makanan kaya akan nutrisi. Tidak mengonsumsi susu dapat menyebabkan defisiensi vitamin, mineral, dan zat-zat penting lainnya. Pada jangka panjang, penderita dapat mengalami malnutrisi, osteoponia hingga osteoporosis.

Jika kamu mengalami gejala seperti yang telah disebutkan namun kamu kurang yakin sebaiknya kamu memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan menyarankan untuk melakukan tes berikut:

  • Uji toleransi laktosa, uji jumlah glukosa dalam darah dua jam setelah penderita mengonsumsi susu atau produk olahannya. Jika jumlah glukosa tidak bertambah maka positif menderita intoleransi laktosa.
  • Uji kadar hidrogen, uji mengukur kadar hidrogen pada usus besar. Penderita intoleransi laktosa biasanya memiliki kadar hidrogen yang tinggi pada usus besarnya akibat fermentasi laktosa. Pada uji ini penderita akan diminta untuk puasa dalam beberapa jam kemudian mengkonsumsi susu atau produk olahannya.
  • Uji keasaman feses, uji kadar keasaman pada feses penderita. Selain menghasilkan hidrogen, fermentasi laktosa juga menghasilkan asam laktat dan jenis asam lain yang dikeluarkan melalui feses.

Penanganan Penyakit Intoleransi Laktosa

Hingga saat ini belum ada cara penanganan agar penderita dapat memiliki kadar enzim laktase yang normal. Hal yang dilakukan adalah mengurangi keluhan yang muncul dengan menerapkan pola diet susu dan produk olahannya. 

Maksud dari susu dan produk olahannya adalah susu sapi dan kambing, es krim, produk olahan dari keduanya serta berbagai jenis makanan yang mengandung laktosa. 

Agar tetap mendapatkan nutrisi susu, biasanya penderita menggantinya dengan susu yang terbuat dari kacang-kacangan seperti kedelai, almond, gandum. Penderita juga dapat tetap mengonsumsi produk olahan susu sepanjang bebas laktosa.

Terkadang dokter akan menyarankan untuk konsumsi suplemen laktase. Jumlah yang dikonsumsi bertahap agar tubuh penderita dapat menyesuaikan dalam mencerna laktosa. 

Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter untuk mengetahui pola diet yang tepat agar suplemen dapat memberikan hasil yang efektif. 

Hal yang perlu diingat jika menghindari makanan mengandung laktosa adalah tetap mendapatkan asupan mineral seperti kalsium yang banyak terdapat pada susu dan beberapa vitamin. 

Jika suplemen tidak cukup membantu, ada probiotik yang bisa kamu konsumsi. Probiotik dapat membantu mencerna laktase dan mengatasi gangguan pencernaan.


21 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app