Kejang dan Epilepsi Ternyata Tidak Sama, Ini Bedanya

Dipublish tanggal: Jul 2, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 4, 2019 Waktu baca: 3 menit
Kejang dan Epilepsi Ternyata Tidak Sama, Ini Bedanya

Kejang dapat terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa. Sayangnya, tidak sedikit orang yang menganggap kejang sebagai epilepsi, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan baik kejang maupun epilepsi sama-sama ditandai dengan tubuh kaku dan menyentak. Padahal, nyatanya kejang dan epilepsi itu berbeda, lho!

Gejala kejang dan epilepsi berbeda

Perlu diketahui bahwa seseorang yang mengalami kejang belum tentu ia juga menderita epilepsi. Namun memang, epilepsi biasanya ditandai dengan kejang. Meskipun kejang dan epilepsi memiliki keterkaitan satu sama lain, namun keduanya adalah hal yang berbeda.

Dari penyebabnya saja, kejang dan epilepsi sudah berbeda. Kejang terjadi akibat kelainan letupan listrik pada otak, sehingga menyebabkan gangguan pada gerakan, kesadaran, dan perilaku penderita. Letupan listrik ini tidak hanya terjadi pada otak, tapi juga bisa terjadi pada otot.

Sedangkan epilepsi terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf pusat karena pola otak yang abnormal. Hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kejang.

Agar tidak tertukar, berikut ini beberapa fakta soal kejang yang perlu Anda ketahui, antara lain:

1. Lidah tidak akan tertelan

Anda tidak boleh memasukan makanan atau benda apapun selama pasien mengalami kejang. Bukannya menyelamatkan, tindakan tersebut justru akan membahayakan pasien, seperti risiko barang tertelan dan masuk ke jalur napas. 

Benda keras yang dengan sengaja dimasukkan ke dalam mulut dapat menimbulkan luka, gusi berdarah, hingga rahang atau gigi menjadi patah.

2. Pasien tidak boleh dipegang

Meskipun tubuhnya menyentak dan tampak berontak, jangan sesekali memegang tubuh pasien agar bisa diam. Kondisi kejang akan pulih dengan sendirinya sesaat setelah pasien sadar dan tidak mengalami kebingungan.

3. Gejala kejang tidak hanya tubuh menyentak

Orang yang sedang kejang tidak hanya ditandai dengan tubuh menyentak-nyentak. Gejala kejang bermacam-macam, bisa berupa jatuh pingsan, diam mematung, hingga tubuh jadi kaku.

4. Kejang tidak mengurangi kemampuan belajar

Pasien dengan riwayat kejang tidak akan menjadikan orang tersebut bodoh, sebab kondisi ini bersifat medis. 

4. Kejang tidak selalu berarti epilepsi

Kebanyakan orang menganggap bahwa kejang terjadi akibat pengaruh epilepsi, namun sebenarnya pernyataan tersebut kurang tepat. Meskipun dapat dibenarkan bahwa epilepsi dapat menimbulkan kejang, hal itu terjadi karena gangguan keseimbangan kimia pada darah dan otak pasien.

Baca Juga: Ketahui Lebih Lanjut Mengenai Kejang Pada Balita

Lalu, apa itu epilepsi?

Istilah epilepsi lebih kenal masyarakat awam dengan sebutan ayan. Epilepsi terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf pusat karena pola otak yang abnormal. Kondisi ini dapat membuat pasien mengalami kejang hingga pingsan. 

Kejang masih menjadi penyebab utama penyakit epilepsi. Seperti yang sudah terjadi sebelumnya, kejang terjadi ketika otak mengalirkan impuls listrik secara berlebihan dan menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada otot. Hal inilah yang mengakibatkan kejang dan tubuh menjadi berontak. 

Penyebab epilepsi

Kejang yang terjadi pada pasien epilepsi dapat dipicu karena stres, lelah, dan efek samping obat. Epilepsi dibedakan menjadi2 jenis, yakni:

  • Epilepsi idiopatik: jenis epilepsi ini sama sekali tidak diketahui asalnya.
  • Epilepsi simptomatik: epilepsi terjadi akibat penyakit yang merusak jaringan otak.

Tingkat keparahan kejang saat epilepsi berbeda-beda pada tiap penderitanya. Ada yang mengalami kejang hanya beberapa detik saja, tapi ada juga yang sampai membutuhkan penanganan medis yang serius.

Epilepsi dapat terjadi dimana saja termasuk tempat umum, sehingga pasien dapat mengalami cedera ringan hingga parah. Pada kasus yang lebih parah, pasien dengan kondisi epilepsi dapat mengalami epileptikus dan fenomena kematian mendadak.

Pasien epilepsi memerlukan banyak dukungan, terutama dukungan medis dan keluarga. Hal ini dapat memberi dampak positif bagi fisik dan psikis pasien dengan riwayat epilepsi.

Rangkaian pengobatan yang diterima pasien epilepsi dapat mengendalikan kejang dan menstabilkan aliran listrik di dalam otak. Mengonsumsi obat antiepilepsi dipercaya dapat memperbaiki risiko terkena kejang di kemudian hari.

Baca Juga: Epilepsi Pada Anak Sebabkan Kejang Tanpa Sadar


42 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Lundstrom BN, et al. Chronic subthreshold cortical stimulation: A therapeutic and potentially restorative therapy for focal epilepsy. Expert Review of Neurotherapeutics. 2017;17:661.
Fisher RS, et al. Operational classification of seizure types by the International League Against Epilepsy: Position paper of the ILAE Commission for classification and terminology. Epilepsia. 2017;58:522.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app