Ini Dia Daftar Penyakit Yang Dibawa Kucing

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 10 menit
Ini Dia Daftar Penyakit Yang Dibawa Kucing

Sudah bukan rahasia lagi kalau kucing merupakan hewan peliharaan yang bisa menularkan penyakit ke manusia, khususnya melalui gigitan atau cakarannya. Salah satu penyakit terkenal yang dibawa kucing adalah toksoplasma, dan ternyata masih banyak jenis penyakit lainnya.

Secara umum, jenis penyakit yang ditularkan kucing ke manusia itu terbagi menjadi 2 golongan, yaitu infestasi parasit dan infeksi virus/bakteri. Dari sekian banyak penyakit yang dibawa kucing, hanya 2 di antaranya yang cukup berbahaya, yaitu toksoplasma dan rabies.

Di samping gigitan maupun cakarannya, kotoran kucing juga bisa jadi sumber berbagai infeksi. Untuk meminimalisir risiko tersebut, Anda disarankan segera mencuci tangan hingga bersih setelah berurusan dengan kotoran kucing.

Di sisi lain, bagi yang sampai terkena gigitan atau cakaran kucing, maka dianjurkan agar langsung membersihkan bagian yang terluka dengan air panas dan sabun atau disinfektan agar risiko infeksi dapat diminimalisir. Namun bila area tersebut tetap bengkak atau mengalami inflamasi, maka ada baiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter.

Lantas sekarang, apa saja jenis penyakit yang dibawa kucing itu? Berikut detilnya.

1. Toksoplasma

Penyebab Toksoplasma

Toksoplasma merupakan infeksi yang disebabkan oleh sel parasit Toxoplasma gondii. T.gondii ini sebenarnya dapat hidup dalam tubuh mamalia seperti domba, kelinci, tikus, kangguru, dan juga unggas (ayam).

Nah begitu kucing (terutama yang masih kecil) mengonsumsi daging dari hewan yang disebutkan tadi, maka parasit ini mulai bereproduksi dalam organ pencernaannya.

Jadi walau kebanyakan binatang peliharaan bisa membawa penyakit ini, namun hanya telur atau oosit dari kucing yang mampu menyebabkan infeksi. Biasanya kucing terkena infeksi ini karena:

  • Habis makan binatang pengerat atau serangga.
  • Tertular kucing lain yang sudah terinfeksi.
  • Terpapar kotoran kucing yang terinfeksi.

Resiko penularan Toksoplasma

Toksoplasma bisa menular ke manusia melalui berbagai media, di antaranya kalau mereka:

  • Tidak mencuci tangannya setelah berurusan dengan kotoran kucing, usai berkebun atau membersihkan wadah penampung kotoran kucing.
  • Bermain dalam kotak pasir.
  • Makan buah dan sayur yang tidak dicuci terlebih dahulu (dan itu ditanam di tanah yang sudah terkontaminasi dengan kotoran kucing).
  • Mengonsumsi daging mentah atau ½ matang yang mengandung parasit.

Yang lebih berbahaya lagi adalah kalau infeksi ini mengenai ibu hamil karena dapat menyebar ke janin melalui plasenta. Hal ini dapat menyebabkan keguguran, atau bayinya lahir mati atau terlahir dengan toksoplasmosis kongenital. Kondisi ini fatal karena selain dapat menyebabkan kerusakan otak, bayi juga bisa mengalami kebutaan, penyakit kuning, kejang, dan keterbelakangan mental.

Ciri-ciri dan gejala Toksoplasma

Kalau seseorang terjangkit toksoplasma setelah dilahirkan, maka rata-rata jarang ada gejala yang nampak. Pada bayi, gejala ringan mungkin langsung muncul setelah ia lahir, namun biasanya ciri-ciri toksoplasma baru tampak beberapa tahun kemudian.

Gejala toksoplasma sendiri bisa sangat bervariasi, tergantung dari jenisnya. Namun gejala toksoplasma pada umumnya meliputi demam, kurang enak badan, serta bengkaknya kelenjar limfa. Jika sistem imun penderitanya dalam keadaan lemah, katakanlah seperti mengidap AIDS misalnya, maka toksoplasma dapat menyebabkan infeksi otak yang membahayakan nyawa.

Diagnosa Toksoplasma

Untuk mengetahui apakah seseorang terkena penyakit ini atau tidak, dokter akan mendeteksi ada-tidaknya antibodi (yang dihasilkan tubuh untuk memerangi T.gondii) melalui tes darah. Untuk kasus tertentu seperti penderita AIDS tadi, dokter mungkin juga akan melakukan CT scan atau MRI pada otak.

Perawatan Toksoplasma

Kebanyakan orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh prima tidak butuh perawatan sama sekali karena penyakit ini dapat hilang dengan sendirinya. Namun untuk wanita hamil atau mereka yang lemah sistem imunnya, obat-obatan biasanya diperlukan untuk mengatasi infeksi ini.

Pencegahan Toksoplasma

Sayangnya, belum ada vaksin yang dapat mencegah toksoplasma. Satu-satunya metode pencegahan adalah dengan meminimalisir ekspos parasit penyebabnya.

Ibu hamil terkhususnya, sebaiknya tidak berurusan dengan kotoran kucing sama sekali. Sedangkan bagi penyayang kucing, selalu gunakan sarung tangan plastik saat membersihkan wadah penampung kotoran, dan setelahnya, tangan harus dicuci bersih memakai air panas dan sabun.

Di samping itu, tempat bermain seperti kolam pasir juga harus ditutup agar kucing tidak buang kotoran di sana. Buah dan sayur juga mesti dicuci sampai bersih sebelum dikonsumsi karena kita tidak tahu dari tanah seperti apa sumber pangan tersebut dipanen.

Selanjutnya, tangan pun harus dicuci setelah mengolah daging mentah. Soal dagingnya, masaklah itu sampai benar-benar matang. Tips terakhir adalah, selalu kenakan sarung tangan selagi berkebun dan setelahnya, cucilah tangan hingga bersih.

2. Rabies

Penyebab Rabies

Rabies disebabkan oleh infeksi virus yang membuat otak maupun sumsum tulang belakang mengalami iritasi dan inflamasi. Dan karena virus ini biasanya terdapat dalam air liur binatang, maka metode penyebaran dari hewan ke manusia adalah melalui gigitan.

Walau lebih banyak ditemukan pada anjing ketimbang kucing, tapi penyakit ini juga bisa menular kalau seekor kucing gila menggigit manusia. Begitu gejalanya mulai nampak, rabies selalu berakibat fatal, baik bagi hewan yang menggigit maupun manusia yang terkena gigitannya. Dan yang berisiko terinfeksi rabies tentunya adalah mereka yang berurusan atau tergigit binatang liar.

Ciri-ciri dan gejala Rabies

Umumnya, butuh waktu antara 20-60 hari bagi gejala rabies untuk mulai nampak. Gejalanya bisa bervariasi, namun 1 dari 5 orang yang mengalaminya biasanya jadi lumpuh. Ciri-ciri rabies lainnya mirip seperti gejala flu, yakni sakit tenggorokan, sakit kepala, demam, mual, dan muntah. Depresi, gelisah, dan insomnia juga seringkali dialami oleh mereka yang terkena rabies.

Pada tahap selanjutnya, penderitanya biasanya jadi lebih agresif dan produksi air liurnyapun juga bertambah. Semua ini diikuti dengan kejang pada tenggorokan dan kotak suara, dan kondisi ini bisa terasa sangat menyakitkan. Alasannya karena rabies berdampak langsung pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol pernafasan dan kemampuan menelan. Kejang juga bisa dialami saat penderitanya berusaha minum air.

Diagnosis Rabies

Mendiagnosa rabies di tahap awal tidaklah mudah, khususnya bila dokter tidak tahu kalau pasien pernah digigit binatang. Alasannya karena gejala rabies pada fase awal sangatlah beragam dan bisa disangka timbul akibat penyakit lainnya.

Nah untuk mengonfirmasi benar-tidaknya seseorang terkena rabies atau tidak, jaringan otak dari hewan yang menggigitnya harus diperiksa. Kalau seandainya hewan peliharaan tersebut tidak menunjukkan gejala apapun, maka ia akan diobservasi oleh dokter hewan selama 10 hari untuk mencari tahu apakah ia terinfeksi rabies saat gigitan berlangsung.

Sayangnya tes virus pada pasien rabies kurang efektif, namun biopsi kulit dan tes darah bisa mengungkapkan ada-tidaknya virus penyebab rabies dalam tubuh manusia. Dan untuk tes darahnya, biasanya baru dapat diandalkan untuk mendiagnosa ketika gejalanya sudah masuk tahap serius.

Perawatan dan Pencegahan Rabies

Untungnya, sudah ada vaksin pencegah rabies. Manusia yang sering berhubungan dengan binatang – entah karena profesi atau hobi semata - seperti dokter hewan, pecinta alam, dll, sebaiknya mendapatkannya setiap 2 tahun sekali.

Pencegahan secepatnya juga harus dilakukan manusia yang terkena gigitan binatang agresif agar itu tak sampai berkembang menjadi rabies. Cara meminimalisir infeksi lainnya adalah dengan membersihkan area yang tergigit dengan air panas dan disinfektan sesegera mungkin setelah tergigit.

Setelah tergigit, ada baiknya seseorang segera disuntik vaksin anti-rabies dan tetanus. Karena sebelum vaksin tersebut muncul, seseorang yang kena gigitan bisa meninggal dalam 3-10 hari, dan ini biasanya disebabkan karena kelumpuhan, asphyxia (tubuh kekurangan oksigen, atau sebaliknya, kebanyakan karbondioksida), kejang, atau kelelahan.

Fakta tersebut membuat seseorang tetap bisa kehilangan nyawanya akibat rabies, terutama kalau perawatannya terlambat atau tidak segera dilakukan pasca gigitan berlangsung. Jadi jangan tunda untuk segera mendapatkan pertolongan setelah digigit binatang apapun, khususnya yang liar, asing, atau bertingkah aneh.

3. Penyakit cakar kucing

Penyebab penyakit cakar kucing

Penyakit cakar kucing merupakan infeksi yang timbul pada area bekas cakaran. Anak kucing yang rata-rata berkuku tajam, seringkali tetap dapat menularkan infeksi ini bahkan kalau cakarannya sedikit/ kecil saja.

Karena penyebabnya adalah bakteri Bartonella henselae, maka penyakit ini juga sering disebut Bartonellosis. Bakteri ini dapat menginfeksi dinding pembuluh darah manusia, sementara pada kucing takkan memicu gejala apapun. Karena itu, penyakit ini biasanya mematikan bagi penderita AIDS.

Ciri-ciri dan gejala penyakit cakar kucing

Luka melepuh kemerahan yang diameternya bahkan bisa mencapai 4cm kadangkala bisa muncul di sekitar bekas cakaran kucing. Gejala lainnya meliputi membengkaknya kelenjar limfa, demam, sakit kepala, serta menurunnya nafsu makan.

Diagnosa dan perawatan penyakit cakar kucing

Pada kebanyakan kasus, gejalanya bisa hilang meski mungkin butuh waktu 2-5 bulan lamanya, dan pasien juga bisa sembuh 100%. Dan sama seperti penyakit yang dibawa kucing lainnya, tes darah mungkin perlu dilakukan guna mencari tahu ada-tidaknya antibodi yang dihasilkan tubuh untuk menangkis bakteri penyebab penyakit cakar kucing. Untuk perawatannya bisa melalui berbagai metode misalnya dengan minum obat pereda rasa sakit, drainase kelenjar getah bening, atau antibiotik.

Pencegahan penyakit cakar kucing

Cara pencegahan penyakit cakar kucing paling mudah adalah dengan menghindari cakaran kucing. Jika Anda punya kucing peliharaan di rumah, ajarkan anak untuk memperlakukan hewan tersebut dengan lembut. Dan bila sampai ada yang tercakar, maka segera bersihkan area tersebut dengan sabun/ disinfektan dan air panas.

4. Kampilobakter

Penyebab Kampilobakter

Kampilobakter atau Campylobacter merupakan jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan. Penularan dari kucing ke manusia dapat terjadi dengan mudah kalau seseorang tidak mencuci tangannya dengan benar setelah berurusan dengan kotoran bintang. Bakteri ini juga dapat dijumpai dalam daging atau unggas yang kurang matang, air kotor, serta susu mentah.

Ciri-ciri dan gejala Kampilobakter

Kram dan sakit perut, diare (kadang disertai darah), mual, muntah, demam, serta dehidrasi merupakan gejala saat seseorang terinfeksi Kampilobakter.

Perawatan Kampilobakter

Biasanya tidak dibutuhkan perawatan khusus untuk menangani infeksi ini, tapi untuk kondisi yang cukup parah, dokter akan meresepkan antibiotik. Menurut data, hanya sedikit saja orang yang meninggal akibat infeksi Kampilobakter.

Pencegahan Kampilobakter

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penting sekali untuk menjaga kebersihan, yakni dengan cara membersihkan wadah penampung kotoran kucing secara rutin. Gunakan sarung tangan ketika melakukannya, dan kolam pasir harus tetap ditutupi jika sedang tidak digunakan.

5. Salmonella

Penyebab Salmonella

Bakteri Salmonella sebenarnya dapat ditemukan dalam usus dan kotoran manusia atau hewan, serta beberapa sumber makanan seperti daging mentah. Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan yang memicu diare dan muntah. Biasanya seseorang terinfeksi bakteri ini melalui kontak langsung dengan binatang peliharaannya atau kotoran hewan.

Ciri-ciri dan gejala Salmonella

Gejala keracunan akibat Salmonella meliputi sakit kepala, demam, diare, dan kram perut.

Perawatan Salmonella

Pada umumnya, infeksi Salmonella bisa sembuh dengan sendirinya sehingga tak perlu perawatan khusus. Namun untuk anak kecil, lansia, dan mereka yang lemah sistem imun tubuhnya, penanganan medis mungkin tetap dibutuhkan. Yang jelas kalau diarenya parah sehingga menyebabkan dehidrasi, segera periksakan diri ke dokter.

Pencegahan Salmonella

Untuk mencegahnya, cuci tanganlah selalu setelah memegang binatang peliharaan maupun usai membersihkan rutin kandang atau kotoran mereka.

6. Kriptosporidiosis dan Giardiasis

Penyebab Kriptosporidiosis dan Giardiasis

Kriptosporidiosis dan Giardiasis merupakan parasit protozoa yang dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Kucing bisa terinfeksi parasit ini, namun tetap tidak menunjukkan gejala apapun. Dan kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi tadi bisa membuat manusia tertular juga.

Ciri-ciri dan gejala Kriptosporidiosis dan Giardiasis

Diare (encer) dan kram perut parah merupakan gejala dari infeksi saluran pencernaan yang paling umum.

Perawatan Kriptosporidiosis dan Giardiasis

Pada kebanyakan kasus, gejala tadi bisa hilang sendiri setelah 2-3 hari, namun untuk mereka yang lemah sistem kekebalan tubuhnya, infeksi ini dapat berakibat fatal.

Pencegahan Kriptosporidiosis dan Giardiasis

Cuci tangan setelah memegang hewan peliharaan adalah cara pencegahan yang paling mudah.

7. Cacing gelang (Toksokariasis)

Cacing gelang yang terdapat dalam kucing, yaitu Toxocara cati, dapat menginfeksi manusia juga. Serbuan cacing gelang ke tubuh manusia memang sering terjadi, khususnya di negara berkembang yang sanitasi dan akses ke air bersihnya masih kurang.

Penyebab Toksokariasis

Penyebab toksokarisasi dari kucing tak jauh beda dengan kasus infestasi cacing gelang lainnya. Telur dari cacing yang ada dalam kotoran hewan atau manusia dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut (bila tangan tidak dicuci bersih dulu sebelum makan). Begitu telur menetas dalam saluran pencernaan, maka larvanya akan menerobos masuk dalam dinding usus dan menyebar ke seluruh tubuh melalui darah.

Ciri-ciri dan gejala Toksokariasis

Gejalanya bervariasi - tergantung dari usia, intensitas paparan, dan sensitivitas tubuh terhadap larva – misalnya seperti pneumonia, batuk, demam, ruam kulit, dan pembengkakan organ hati/ liver.

Diagnosa Toksokariasis

Dari gejala yang disebutkan tadi, dokter biasanya sudah tahu kalau itu timbul karena infestasi cacing gelang. Dokter juga dapat membaca penyakit ini lewat tingginya kadar sel darah putih dalam tubuh. Kalau timbul keraguan, biopsi jaringan organ hati biasanya dilakukan untuk mengungkap keberadaan larva cacing gelang.

Perawatan dan pencegahan Toksokariasis

Ada baiknya kucing diperiksakan rutin ke dokter agar bebas dari cacing gelang. Dan manusia yang terinfeksi biasanya dapat sembuh tanpa perawatan khusus dalam kurun waktu 6-18 bulan. Alternatif lain adalah dengan rutin minum obat cacing.

8. Ringworm (dermatophytosis)

Ringworm merupakan penyakit kulit yang disebabkan Microsporum canis (jamur yang hidup di tanah atau kulit manusia), dan biasanya menginfeksi lapisan kulit mati kulit, rambut, serta kuku. Penyakit ini menyebabkan munculnya lesi melingkar (mirip jamur) di bawah kulit.

Penyebab Ringworm

Gangguan ini dapat ditularkan dari hewan peliharaan (anjing atau kucing) ke manusia melalui sentuhan dengan jamur penyebabnya. Anak-anak, ibu hamil, lansia, atau mereka yang lemah sistem kekebalan tubuhnya merupakan kaum yang paling rawan terkena infeksi Ringworm. Ada beberapa jenis jamur penyebab Ringworm dan biasanya penamaan diberikan berdasarkan lokasi tubuh seperti:

  • Tinea cruris (jock itch), yang menginfeksi kulit paha dalam, sekitar alat kemaluan, dan pantat
  • Tia pedis (athlete's foot) atau kurap kaki
  • Tricophyton dan Epidermophyton yang suka area lembab, biasanya menginfeksi selangkangan dan sela jari kaki

Ciri-ciri dan gejala Ringworm

Gejala ringworm paling umum adalah timbulnya ruam yang gatal dan menyakitkan. Terkadang ruam ini juga bisa bersisik dan mengandung nanah. Biasanya penyakit ini menginfeksi area kaki, selangkangan, kulit kepala, serta kuku.

Perawatan Ringworm

Pada kebanyakan kasus, gangguan kulit ini bisa diatasi dengan krim antifungal/ antijamur. Yang pasti saat menggunakannya, baca petunjuk yang tertera sebab infeksi jamur bisa kambuh dengan mudah kalau pengobatan dihentikan sebelum waktunya.

Pencegahan Ringworm

Pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kulit sebaiknya dikeringkan dengan benar usai mandi atau berkeringat. Hewan peliharaan yang menunjukkan gejala ringworm juga perlu segera diperiksakan ke dokter agar tak sampai menularkan infeksi jamur ini ke manusia.

Jadi itulah tadi daftar penyakit yang dibawa kucing dan bisa menular ke manusia. Semoga informasi kali ini menambah wawasan kita semua!


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Toxoplasmosis: Immunocompromised persons. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/ic.html.
Toxoplasmosis: Pregnant women. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/gen_info/pregnant.html.
Gilbert R, et al. Toxoplasmosis and pregnancy. http://www.uptodate.com/home.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Artikel selanjutnya
Bolehkah Anda Membiarkan Kucing Tidur di Tempat Tidur dengan Anda?
Bolehkah Anda Membiarkan Kucing Tidur di Tempat Tidur dengan Anda?

Meskipun Anda sangat menyayangi kucing Anda, sebaiknya jangan biasakan tidur bersama kucing. Paling tidak ada beberapa alasan mengapa kucing seharusnya tidur di tempatnya sendiri. Berikut beberapa alasan menghindari tidur dengan kucing:

Buka di app