Ensefalopati - Tanda, Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Dipublish tanggal: Feb 10, 2019 Update terakhir: Nov 6, 2020 Tinjau pada Apr 24, 2019 Waktu baca: 3 menit

Tahukah saat menjelang ajal, pada beberapa kasus orang yang sakit keras akan mengalami perubahan kesadaran. Berbeda dengan koma, perubahan kesadaran yang dimaksud adalah seseorang terlihat sangat gelisah, menangis, berteriak, atau mungkin berbicara hal-hal yang sangat tidak jelas. Jika Anda pernah melihat orang yang mengalami hal semacam ini,dalam bidang kedokteran, hal ini disebut dengan istilah Ensefalopati.

Ensefalopati adalah istilah umum yang merujuk pada kondisi penyakit, kerusakan, atau kelainan pada otak. “Ensefalo” berarti jaringan otak, sedangkan “pati” merupakan akhiran yang berarti penyakit atau kelainan. Sehingga pada Ensefalopati yang mengalami kerusakan ialah jaringan otak itu sendiri, bukan selaput otak seperti yang terjadi pada meningitis. Kerusakan jaringan pada ensefalopati berujung pada kehilangan kesadaran (kewarasan) dan menurunnya daya ingat.

Apa yang menyebabkan terjadinya Ensefalopati?

Berdasarkan penyebabnya, ensefalopati ada banyak penyakit yang dapat berujung pada Ensefalopati, penyakit-penyakit yang paling sering menyebabkan ensefalopati yaitu:

  • Ensefalopati hepatika - Hati berfungsi untuk menetralisir zat-zat berbahaya yang masuk ketubuh. Saat hati memiliki masalah, zat beracun yang biasanya dinetralisir oleh hati akan menumpuk dan berputar-putar dalam sirkulasi darah. Penumpukan zat-zat racun yang berputar dalam sirkulasi darah akan masuk ke otak dan kemudian mengganggu fungsi normal otak. Ensefalopati hepatika dapat disebabkan oleh kondisi hati kronis seperti infeksi yang menyebabkan Hepatitis dan overdosis obat.
  • Ensefalopati traumatik kronis (ETK) -Hal ini mungkin disebabkan oleh pukulan berulang ke kepala sehingga mengakibatkan gegar otak. Hal ini berhubungan dengan atlet pada olahraga yang melibatkan banyak kontak fisik seperti tinju dan sepak bola.
  • Ensefalopati hipoksik-iskemik - dalam hal ini, kurangnya oksigen ke otak menyebabkan fungsi otak yang menurun. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh pendarahan hebat, dan hampir tenggelam.
  • Ensefalopati Hashimoto - jenis ensefalopati ini diduga disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh seseorang yang menyerang otak.

Selain hal-hal di atas, ensefalopati juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti:

  • infeksi dari bakteri atau virus
  • masalah dengan metabolisme
  • tumor otak
  • paparan zat beracun seperti cat, pelarut atau radiasi.

Beberapa orang mengalami ensefalopati akut, yang segera mendapatkan pengobatan memiliki harapan sembuh yang lebih tinggi.Sedangkan pada kasus-kasus Ensefalopati kronis, yang cenderung berkembang perlahan akan memeriksakan diri setelah perkembangan penyakit pada tahap yang lebih parah, sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan bisa berakibat fatal.

Gejala-gejala apa saja yang bisa ditemukan pada seseorang yang menderita Ensefalopati?

Gejala-gejala ensefalopati bervariasi pada tiap-tiap orang. Gejala ensefalopati yang paling umum adalah perubahan keadaan mental, seperti:

  • kehilangan ingatan
  • berkurangnya kemampuan berpikir jernih atau berkonsentrasi
  • perubahan kepribadian seperti iritasi, agresi, perilaku impulsif atau memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Selain gejala perubahan status mental, beberapa orang mungkin juga memiliki gejala lain seperti:

  • kedutan otot yang tak disadari
  • kesulitan berbicara
  • gerakan mata yang tidak biasa
  • gemetaran
  • kelemahan otot
  • kejang
  • kesulitan menelan.

Kapan waktu yang tepat untuk pergi ke dokter?

Jika Anda, atau seseorang yang Anda kenal, menunjukan masalah baru yang mungkin merupakan gejala ensefalopati, segera hubungi dokter atau pergi ke UGD terdekat. Terlebih jika seseorang tersebut memiliki masalah pada hatinya (liver), karena masalah liver bisa menyebabkan ensefalopati hepatika yang merupakan kegawatdaruratan medis .

Untuk mengetahui apakah Anda memiliki ensefalopati, dan apa jenisnya, dokter Anda mungkin melakukan tes seperti:

  • melakukan tes darah
  • sampling cairan tulang belakang Anda melalui pungsi lumbal
  • Tes pencitraan, seperti computed tomography (CT) atau scan magnetic resonance imaging (MRI)
  • electroencephalography (EEG; untuk mengukur aktivitas listrik di otak Anda)
  • menguji kondisi mental dan kemampuan Anda.

Pengobatan apa yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan kondisi ini?

Orang dengan ensefalopati akut perlu dirawat di rumah sakit. Perawatan berfokus pada penanganan gejala dan dilakukan dengan cara:

  • Pemberian obat-obatan, misalnya, mengurangi kejang atau mengurangi tingkat amonia pada orang dengan ensefalopati hepatika.
  • Perubahan pola makan atau menggunakan suplemen gizi.

Dalam beberapa kasus ensefalopati yang parah, yang terkait dengan gangguan fungsi hati atau ginjal, mungkin diperlukan dialisis (prosedur cuci darah) atau penggantian organ.

Ensefalopati hepatik bisa ditangani dengan pengobatan yang adekuat. Namun, orang dengan gangguan hati kronis mungkin akan mengalami episode ensefalopati berulang dan membutuhkan perawatan berkelanjutan.

Pada kasus ensefalopati, kerusakan otak tergantung dari berapa lama dan penyakit apa yang mendasarinya, oleh karena itu pemeriksaan rutin kesehatan sangat penting dilakukan, khususnya jika Anda memiliki faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya ensefalopati.


10 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
MedicineNet (2018). Encephalopathy. (https://www.medicinenet.com/encephalopathy/article.htm)
Healthline (2017). Encephalopathy. (https://www.healthline.com/health/encephalitis)
Emedicine Health (2017). Encephalopathy. (https://www.emedicinehealth.com/encephalopathy/article_em.htm)

Artikel ini hanya sebagai informasi awal mengenai kondisi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app