15 Cara Mengobati Biduran agar Tidak Kambuh Lagi

Dipublish tanggal: Feb 22, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jun 13, 2019 Waktu baca: 6 menit
15 Cara Mengobati Biduran agar Tidak Kambuh Lagi

Ringkasan

Buka

Tutup

  • Biduran atau urtikaria adalah suatu reaksi vaskular pada kulit yang ditandai dengan gejala berupa bilur atau ruam merah yang memutih sementara dan ketika ditekan terasa gatal dan dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh lain.
  • Ada beberapa cara mengobati biduran, mulai dari cara alami seperti kompres air dingin atau direndam dengan campuran oatmeal. Bisa juga dengan mengonsumsi obat-obatan seperti antihistamin, kortikosteroid, hingga injeksi epinephrine .
  • Pemberian injeksi atau suntikan epinephrine (adrenalin) umumnya hanya digunakan sebagai salah satu cara mengobati biduran parah yang disertai dengan angiodema juga reaksi anafilaksis.
  • Untuk mencegah biduran agar tak kembali, lakukan pula tindakan pencegahan seperti menghindari berbagai pemicu biduran, mengurangi pakaian yang ketat terutama saat berolahraga, mampu mengelola stres, dan mengurangi minuman beralkohol.
  • Agar biduran bisa dicegah, Anda bisa mendapatkan obat kulit lengkap secara online hanya di HDmall.

Biduran atau urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit yang ditandai dengan gambaran sementara berupa bilur atau ruam merah yang memutih. Ketika ditekan, ruam tersebut terasa gatal dan dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh lainnya. Ukurannya pun beragam, mulai dari lentikular, numular, hingga plakat menyerupai pulau-pulau.

Kondisi ini terjadi lantaran tubuh melepaskan histamin dan mediator lainnya ke dalam pembuluh darah sebagai respons alami tubuh dalam menanggapi alergen atau pemicunya, seperti makanan, obat-obatan, rangsangan fisik secara langsung, faktor lingkungan, hingga pertanda adanya infeksi atau penyakit tertentu.

Biduran merupakan masalah kulit yang bisa menyerang siapa saja. Namun, tenang dulu. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk melawan biduran. 

Pada dasarnya, biduran dapat diobati dengan cara alami maupun menggunakan obat-obat dokter. Bila tergolong ringan, pengobatan alami memungkinkan untuk diterapkan. Sebaliknya, bila kondisi berulang hingga lebih dari 6 minggu, terlebih disertai dengan angiodema atau reaksi anafilaksis, dibutuhkan pengobatan langsung di bawah pengawasan dokter.

Kompres dingin dan berendam oatmeal dapat menjadi alternatif bagi Anda yang ingin mengobati biduran dengan cara alami. Sementara, mengonsumsi antihistamin atau kortikosteroid dapat dilakukan untuk mengatasi biduran dengan menggunakan obat-obat apotek. Pun demikian dengan injeksi epinephrine. Akan tetapi, cara ini hanya dilakukan untuk mengobati biduran yang disertai angiodema atau reaksi anafilaksis

Baca Juga: 15 Penyebab Biduran yang Wajib Anda Tahu

Bagaimana, sih, Cara Mengobati Biduran?

1. Kompres dingin

Kompres dingin menjadi salah satu cara mengobati biduran yang cukup efektif. Caranya pun begitu mudah dan sederhana. Masukkan es batu yang telah dihancurkan ke dalam ice bag atau handuk kecil. Letakkan dan diamkan selama 10 menit ke area yang terkena. Ulangi setiap hari sesuai kebutuhan.

2. Berendam dengan oatmeal

Oatmeal mengandung saponin yang berperan sebagai bahan pembersih alami dan sangat ramah terhadap berbagai jenis kulit, termasuk kulit sensitif. Oatmeal juga dipercaya dapat meredakan rasa gatal dan mampu membantu menormalkan kembali kadar pH kulit.

Masukkan segelas oatmeal atau lebih sesuai kebutuhan ke dalam ember atau bak mandi berisi air hangat. Tambahkan pula 2 sendok makan baking soda dan beberapa tetes minyak esensial guna menambah sensasi menenangkan. Mandi atau berendamlah selama 20 menit. Setelah dirasa cukup, bilaslah kembali tubuh dengan air dingin.

3. Lidah buaya

Sifat antiinflamasi yang dimiliki lidah buaya diyakini mampu mengurangi ruam kemerahan dan sensasi gatal akibat biduran yang terkadang begitu menyengat. Oleskan gel lidah buaya segar pada area kulit yang terkena sebanyak 3 kali sehari. Jangan terlalu sering, karena justru dapat membuat kulit kering.

Pada beberapa orang, penggunaan gel lidah buaya dapat memicu timbulnya reaksi alergi. Oleh karena itu, lakukan tes tempel kulit terlebih dahulu dengan mengoleskannya ke area kulit yang sehat. Bila dalam 24 jam tidak timbul reaksi apa pun, silakan mengaplikasikannya secara langsung.

4. Daun sirih

Daun sirih mengandung chavicol para allyphenol yang bersifat antibakteri dan antiinflamasi sehingga dipercaya mampu mengatasi bau badan dan meredakan ruam maupun gatal-gatal yang timbul akibat alergi atau biduran.

Lumatkan beberapa lembar daun sirih dan sedikit kunyit hingga cukup halus. Setelah itu, tempelkan daun sirih pada area kulit yang dikelilingi bilur atau ruam merah selama 20 menit. Ulangi sebanyak 3 kali sehari secara rutin hingga biduran mereda.

5. Hindari iritan

Adakalanya biduran dipicu akibat reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia yang terdapat pada sabun atau lotion yang digunakan. Oleh karena itu, pastikan untuk memilih sabun atau lotion yang ditujukan khusus untuk pemilik kulit sensitif. Iritan sendiri dapat diartikan sebagai bahan yang secara langsung menyebabkan peradangan atau ketidaknyamanan ketika terjadi kontak dengan bagian tubuh.

Baca Juga: Biduran Disertai Pembengkakan Wajah? Ketahui Penyebab dan Obatnya

6. Jaga suhu tubuh

Penting untuk tetap menjaga suhu tubuh dan ruangan agar tetap sejuk karena panas dan keringat dapat memicu memburuknya ruam maupun rasa gatal. Kenakan pakaian yang longgar dan berbahan lembut. Untuk sementara waktu, tetaplah berada di dalam ruangan yang sejuk. Hindari sengatan matahari secara langsung.

7. Lotion kalamin

Beberapa produk yang mengandung kalamin, seperti caladine, dapat digunakan untuk membantu meredakan gatal dan memberikan sensasi dingin pada kulit. Oleskan lotion kalamin secara langsung pada area kulit yang terkena, terutama selepas mandi di pagi dan sore hari.

8. Antihistamin

Antihistamin merupakan agen utama yang digunakan untuk mengobati biduran atau urtikaria. Antagonis reseptor H1 generasi pertama seperti diphenhydramine atau hydroxyzine terbukti efektif dalam mengurangi lesi dan pruritus. Namun jangan sampai lalai dengan sejumlah efek sampingnya, mulai dari kantuk, efek antikolinergik, hingga efek kognitif.

Antagonis reseptor H1 generasi kedua seperti cetirizine, loratadine, dan levocetirizine lebih dianjurkan sebagai agen utama dalam mengobati urtikaria kronis. Efek sampingnya pun lebih ringan dibandingkan dengan antagonis reseptor H1 generasi pertama.

Antagonis reseptor H2, seperti ranitidine dan simetidine, biasanya digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung. Antihistamin jenis ini tidak efektif bila digunakan sebagai agen tunggal dalam mengobati biduran. Dibutuhkan kombinasi dengan antagonis reseptor H1 guna mendapatkan hasil terbaik.

9. Suplemen

Suplemen quercetin dapat dipergunakan untuk membantu menenangkan dan menyingkirkan ruam merah juga gatal-gatal pada kulit. Rekomendasi suplemen lainnya termasuk vitamin B12, vitamin C, vitamin D, dan minyak ikan.

10. Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid untuk mengobati biduran hanya diberikan untuk kasus kronis atau akut yang tidak responsif terhadap antihistamin. Kortikosteroid dapat membantu menstabilkan membran sel mast, menghambat pelepasan histamin lebih lanjut, dan mengurangi efek inflamasi histamin serta mediator lainnya. Efek sampingnya meliputi tekanan darah tinggi, glaukoma, pembengkakan, dan penambahan berat badan.

Penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang dapat menyebabkan katarak, gula darah tinggi, menurunnya sistem imun, dan menipisnya kulit. Contoh sediaan kortikosteroid oral adalah prednisolon, metilprednisolon, dan prednison.

11. Antidepresan Trisiklik

Antidepresan Trisiklik (TCA) merupakan kelompok obat yang kompleks dan memiliki efek antikolinergik sentral dan perifer serta efek sedatif. Contohnya adalah doxepin yang memiliki efek antihistamin, mampu memblokir reseptor H1 dan H2, dan sangat berguna dalam mengatasi urtikaria kronis yang disertai dengan depresi.

12. Terapi Intravenous Immunoglobulin (IVIg)

Terapi ini dapat menjadi pertimbangan dalam kasus urtikaria parah, terutama tipe autoimun yang tidak responsif terhadap pengobatan. Terapi jenis ini hanya diprakarsai oleh dokter spesialis yang memiliki keahlian lebih dalam merawat pasien dengan urtikaria dan angioedema.

Colchicine dan dapson juga diyakini efektif dalam mengobati urtikaria refrakter dan vaskulitis urtikaria. Keduanya memiliki kemampuan dalam memodulasi fungsi leukosit polimorfonuklear (PMN) dan infiltrasi campuran yang dapat ditemukan pada beberapa lesi urtikaria, terutama urtikaria yang parah.

13. Antagonis Reseptor Leukotrien

Pilihan pengobatan nonsteroid ini dilakukan secara oral dan hanya digunakan ketika pengobatan steroid dan antihistamin tidak menunjukkan respon positif. Efek samping penggunaan obat ini umumnya berupa sakit kepala, sakit perut, batuk, dan demam ringan.

14. Omalizumab

Omalizumab (Xolair) merupakan obat anti-IgE yang efektif dalam mengobati biduran atau urtikaria kronis alias berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Obat ini diberikan melalui injeksi atau suntikan di bawah kulit (subkutan). Efek sampingnya berupa sakit kepala dan reaksi suntikan seperti nyeri, eritema, pruritus, bengkak, nyeri perut, dan demam.

15. Epinephrine (Adrenalin) 

Pemberian injeksi atau suntikan epinephrine (adrenalin) sebagai salah satu cara mengobati biduran hanya dilakukan pada kasus biduran parah yang disertai dengan angiodema juga reaksi anafilaksis. Guna meminimalkan risiko efek sampingnya, injeksi epinephrine hanya dilakukan pada otot paha bagian luar, bukan di bagian yang mendekati garis tengah tubuh.

Ingat! Biduran yang disertai dengan pembengkakan pada bibir, wajah, kesulitan bernapas, atau pusing, merupakan kondisi darurat yang perlu penanganan medis segera.

Pada kasus yang ringan, pengobatan biduran alami (poin 1-6) umumnya sudah cukup mengatasi gejala. Apabila tidak ada perbaikan, Anda dapat menggunakan obat-obatan yang ada di apotek (poin 7 - 5). Akan tetapi, beberapa di antaranya memerlukan resep dokter dan harus digunakan dengan hati-hati.

Selepas pengobatan, lakukan tindakan pencegahan agar biduran tidak kembali kambuh. Anda dapat menghindari berbagai pemicu yang diketahui, mengurangi pemakaian pakaian yang ketat, terutama saat berolahraga, serta menjauhi stres dan minuman beralkohol.

Bila perlu, buatlah catatan harian mengenai berbagai hal yang diduga menjadi dalang di balik biduran yang pernah atau sedang Anda derita. Jangan lupa untuk mencatat seberapa besar gejala yang ditimbulkan, lalu konsultasikan dengan dokter ahli.


13 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Casale TB. Omalizumab for chronic urticaria. Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice. 2014;2:118.
Darlenski R, et al. Chronic urticaria as a systemic disease. Clinics in Dermatology. 2014;32:420.
Bernstein JA, et al., eds. The diagnosis and management of acute and chronic urticarial: 2014 update. Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2014;133:1270.

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app