Berat Badan Setelah Puasa Bisa Naik Atau Turun, Ini Penyebabnya

Dipublish tanggal: Jun 18, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Jul 1, 2019 Waktu baca: 5 menit
Berat Badan Setelah Puasa Bisa Naik Atau Turun, Ini Penyebabnya

"Duh, berat badan pasti naik nih setelah puasa." Anda pasti sering mendengar atau bahkan ikut mengucapkan kalimat tersebut ketika bulan Ramadhan usai.

Berat badan berubah setelah puasa merupakan hal yang wajar, bisa naik maupun turun. Hal ini disebabkan karena Anda mengalami perubahan pola makan, dari yang semula bisa makan apa pun dan kapan saja, namun selama berpuasa Anda hanya boleh makan saat sahur dan berbuka puasa.

Iklan dari HonestDocs
Meso Slimming Treatment di Reface Clinic

Meso Slimming merupakan teknik non-bedah kosmetik dimana mikroskopis kecil dari obat-obatan kelas medis, vitamin, mineral dan asam amino disuntikkan ke dalam lapisan kulit. Penyuntikan dilakukan pada bagian atas dan tengah untuk mengatasi berbagai jenis masalah penumpukan lemak. Suntikan akan diberikan ke dalam mesoderm, yaitu lapisan lemak dan jaringan di bawah kulit. Befungsi untuk menghilangkan lemak tubuh yang tidak diinginkan dan selulit.

Namun, apa benar setiap orang pasti mengalami berat badan naik setelah puasa? Atau justru yang terjadi sebaliknya? Mari simak hasil survei Honestdocs berikut ini.

Berat badan setelah puasa, naik atau turun?

Setelah bersusah payah mengendalikan pola makan saat puasa, banyak orang yang mengkhawatirkan berat badannya setelah Lebaran. Meski pada awalnya berat badan sempat turun beberapa kilogram saat puasa, banyak orang percaya bahwa berat badan akan kembali naik bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Apa benar pasti begitu?

Tim Honestdocs mencoba membuktikannya melalui survei terhadap 4.978 responden. Uniknya, hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden justru tidak mengalami perubahan berat badan secara signifikan setelah puasa.

Sebanyak 50,5% responden mengaku tidak mengalami perubahan berat badan, dengan kata lain berat badannya tetap stabil. Menariknya lagi, jumlah responden yang berat badannya turun ternyata lebih banyak (28,9%) daripada yang berat badannya naik (20,5%) setelah puasa.

Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang pasti mengalami kenaikan berat badan setelah puasa. Bahkan, bukan hal yang tidak mungkin jika berat badan Anda akan tetap stabil atau malah menurun setelah Lebaran. 

Baca Juga: Berat Badan Naik Saat Puasa? Mungkin 6 Hal Ini Penyebabnya

Iklan dari HonestDocs
Meso Slimming Treatment di Reface Clinic

Meso Slimming merupakan teknik non-bedah kosmetik dimana mikroskopis kecil dari obat-obatan kelas medis, vitamin, mineral dan asam amino disuntikkan ke dalam lapisan kulit. Penyuntikan dilakukan pada bagian atas dan tengah untuk mengatasi berbagai jenis masalah penumpukan lemak. Suntikan akan diberikan ke dalam mesoderm, yaitu lapisan lemak dan jaringan di bawah kulit. Befungsi untuk menghilangkan lemak tubuh yang tidak diinginkan dan selulit.

Berapa banyak perubahan berat badan setelah puasa?

Lebih lanjut, tim Honestdocs mencari tahu seberapa banyak perubahan berat badan setelah puasa. Terlepas dari apakah berat badannya naik atau turun setelah puasa, perubahan berat badan pada sebagian besar responden ternyata tidak terlalu signifikan.

Dari seluruh responden yang terlibat, berat badan pada 70,3% responden hanya berubah 1-3 kilogram (kg) saja. Sedangkan 19,9% responden lainnya mengeluhkan perubahan berat badan sebanyak 3-7 kg setelah puasa.

Sebagian responden mungkin bisa bernapas lega karena perubahan berat badannya tidak terlalu signifikan. Namun di sisi lain, ada juga yang mengalami berat badan naik atau turun lebih dari 7 kg. Buktinya, sekitar 4% responden mengaku terkejut karena berat badannya berubah sebanyak 7-10 kg, bahkan ada pula yang mengalami perubahan berat badan hingga lebih dari 10 kg (5,8%).

Kenapa berat badan bisa naik atau turun setelah puasa?

Setelah puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri usai, tidak sedikit orang yang kembali ke pola makan awal sebelum puasa. Bila sebelumnya Anda hanya boleh makan saat sahur dan berbuka puasa saja, kini Anda bisa bebas menyantap makanan dan minuman apa pun yang Anda sukai seperti biasanya.

Begitu juga pada saat puasa Ramadhan, banyak orang yang cenderung kalap makan demi melampiaskan hasrat makan setelah berjam-jam berpuasa. Nah, kebiasaan kalap makan saat puasa dan Lebaran inilah yang menjadi dalang naiknya berat badan setelah puasa. 

Berdasarkan hasil survei tim Honestdocs, ada 5 penyebab perubahan berat badan setelah puasa, di antaranya:

Iklan dari HonestDocs
Meso Slimming Treatment di Reface Clinic

Meso Slimming merupakan teknik non-bedah kosmetik dimana mikroskopis kecil dari obat-obatan kelas medis, vitamin, mineral dan asam amino disuntikkan ke dalam lapisan kulit. Penyuntikan dilakukan pada bagian atas dan tengah untuk mengatasi berbagai jenis masalah penumpukan lemak. Suntikan akan diberikan ke dalam mesoderm, yaitu lapisan lemak dan jaringan di bawah kulit. Befungsi untuk menghilangkan lemak tubuh yang tidak diinginkan dan selulit.

1. Porsi makanan

Perubahan pola makan, terutama dari segi porsi makanan, menjadi penyebab utama berat badan Anda naik atau turun setelah puasa. Hal ini dibuktikan melalui survei Honestdocs bahwa sebanyak 41,7% responden mengalami perubahan berat badan setelah puasa karena porsi makanannya ikut berubah.

Selama puasa, tidak sedikit orang yang terbiasa makan dalam jumlah sedikit. Penyebabnya mungkin karena tubuhnya sudah terbiasa 'kosong' tanpa makanan dan minuman selama berjam-jam, sehingga mereka lebih mampu mengendalikan porsi makannya.

Namun, puasa Ramadhan juga tidak menghalangi nafsu makan bagi sebagian orang. Justru, hasrat makan bisa jadi lebih besar saat berbuka puasa demi memenuhi rasa lapar yang tertahan seharian. Nah, inilah yang membuat berat badan Anda naik setelah puasa.

2. Frekuensi makan

Frekuensi makan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berat badan seseorang. Buktinya, dari total 4.978 responden yang mengikuti survei, sebanyak 23,9% di antaranya mengaku berat badannya naik atau turun karena perubahan frekuensi makan. 

Maksud frekuensi makan adalah jumlah atau berapa kali Anda makan dalam sehari. Semakin sering Anda makan, apalagi dalam porsi banyak, maka berat badan Anda biasanya akan semakin cepat naik.

3. Jam makan

Faktor jam makan termasuk ke dalam 3 besar penyebab berubahan berat badan setelah puasa. Pasalnya, sekitar 14,1% responden mengaku berat badannya tidak stabil karena jam makannya berubah.

Anda mungkin sudah makan secara teratur tapi berat badan tetap saja naik. Kemungkinan penyebabnya karena Anda makan terlalu malam sehingga memicu nafsu makan.

Baca Juga: 12 Penyebab Cepat Lapar dan Selalu Ingin Makan

4. Jenis makanan

Tanpa disadari, jenis makanan yang Anda konsumsi selama dan setelah puasa memiliki andil besar terhadap perubahan berat badan. Coba ingat-ingat lagi, apakah Anda sudah mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi selama puasa?

Sekitar 13,5% responden mengaku berat badannya jadi tidak stabil, entah turun atau naik, setelah puasa karena mengonsumsi jenis makanan tertentu. Berat badan naik biasanya disebabkan oleh terlalu banyak konsumsi makanan berlemak atau makanan cepat saji. Maka itu, sebaiknya hindari jenis makanan tersebut agar berat badan Anda lebih stabil setelah puasa.

5. Lainnya

Selain keempat penyebab di atas, sebanyak 6,8% responden mengaku punya alasan tersendiri mengapa berat badannya tidak stabil setelah puasa. Setiap responden melaporkan keluhan yang berbeda-beda.

Ada yang merasa berat badannya jadi turun drastis karena banyak pikiran, stres kerja, sering muntah dan sesak napas karena maag, dan penyakit lainnya. Sementara itu, sebagian responden lainnya merasa berat badannya naik karena kebanyakan tidur atau keseringan mengonsumsi makanan cepat saji.

Jumlah responden yang pernah membatalkan puasa

Setiap orang tentu ingin menjalankan ibadah puasa Ramadhan dengan baik dan dalam kondisi sehat. Selain memperkuat keimanan, berpuasa juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan.

Melihat dari hasil survei Honestdocs, sebanyak 47% responden berhasil berpuasa penuh sebulan lamanya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tubuh yang sehat untuk bisa berpuasa dari waktu sahur sampai maghrib, sehingga puasanya tidak bolong-bolong.

Lain dari itu, beberapa responden lainnya mengaku harus membatalkan puasanya karena alasan tertentu. Ada yang harus rela membatalkan puasanya 1-5 kali (20,8%), 6-10 kali (20%), dan bahkan ada yang tidak berpuasa lebih dari 10 kali dalam sebulan (12,2%).

Setiap orang tentu punya alasan tersendiri kenapa mereka harus membatalkan puasa. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi kesehatan yang menurun, usia anak-anak, menstruasi, hingga faktor kehamilan.

Baca Selengkapnya: 4 Tanda Anda Harus Segera Membatalkan Puasa Demi Kesehatan

Pentingnya makan sahur sebelum mulai puasa

Sahur menjadi salah satu bagian yang sangat penting ketika berpuasa. Namun sayangnya, tidak sedikit orang yang malas bangun sahur hanya karena tidak kuat menahan rasa kantuk.

Kondisi tersebut juga ditemukan oleh tim Honestdocs. Dari total 4.978 responden yang terlibat, sebanyak 57,1% responden mengaku sering melewatkan waktu sahur. Dengan kata lain, hanya ada sekitar 42,9% responden yang rajin sahur sebelum berpuasa.

Belum berhenti sampai disitu, tim Honestdocs juga mencari tahu waktu sahur responden. Hasilnya, sekitar 79,3% responden menyantap menu sahurnya di atas jam 3 pagi. Ada juga yang sahur lebih awal, yaitu pukul 12 malam sampai jam 3 pagi (13,7%), bahkan ada pula yang sahur sebelum jam 12 malam (7%).

Terlepas dari jam berapapun Anda makan sahur, sahur tetaplah penting dilakukan. Jika Anda melewatkan sahur, tubuh tentu tidak memiliki cukup nutrisi agar bisa beraktivitas di bulan puasa. Akibatnya, tubuh malah jadi lemas dan tak bertenaga selama berpuasa.

Tak hanya menjadi sumber energi, asupan makanan saat sahur juga dapat mencegah mual dan sakit kepala saat berpuasa. Puasa dapat membantu mengendalikan kadar gula dalam darah, sehingga tubuh Anda jadi lebih fit dan terbebas dari penyakit.

Baca Selengkapnya: Sehabis Sahur, Apakah Boleh Langsung Tidur?

5 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
Intermittent Fasting Helped Me Lose 48 Pounds: Here’s What I Ate and When. Everyday Health. (https://www.everydayhealth.com/columns/my-health-story/intermittent-fasting-helped-me-lose-pounds-heres-what-ate-when/)
16:8 intermittent fasting: Benefits, how-to, and tips. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/327398)
Does Intermittent Fasting Boost Your Metabolism?. Healthline. (https://www.healthline.com/nutrition/intermittent-fasting-metabolism)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app