Bahaya Vape pada Anak

Dipublish tanggal: Sep 10, 2019 Update terakhir: Okt 12, 2020 Tinjau pada Okt 16, 2019 Waktu baca: 3 menit
Bahaya Vape pada Anak

Istilah vape mungkin sudah tidak asing lagi. Kebiasaan orang dalam menggunakan vape tidak hanya berdampak pada kesehatannya sendiri tetapi vape juga memiliki dampak kesehatan yang serius pada orang lain, terutama bayi dan anak-anak dalam jangka panjang.

Apa itu vape?

Vape adalah istilah yang digunakan untuk penggunaan rokok elektronik dengan bantuan baterai di dalamnya yang saat ini tersedia dengan banyak bentuk dan rasa yang bervariasi.

Baik rokok maupun vape sama-sama mengandung nikotin, tetapi memiliki cara yang berbeda dalam mempengaruhi paru-paru. Jika dalam vape, cairan nikotin akan dipanaskan menjadi aerosol dan kemudian dihirup lalu mengeluarkan uap dengan rasa yang berbeda. Sementara rokok, dengan kandungan bahan kimia serta tembakau di dalamnya akan melalui proses pembakaran untuk membentuk asap.

Vape sendiri memang tidak memiliki kandungan tembakau dan beberapa komponen lain yang biasanya terdapat pada rokok, seperti tar dan gas oksidan, tetapi rokok eletktrik tetap terkait dengan kandungan bahan kimia lain yang berbahaya bagi kesehatan dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Rokok vs Vape

Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa vape lebih baik dibandingkan rokok, bahkan vape disebut dapat membantu mengurangi kecanduan rokok. Tetapi beberapa penelitian mengatakan bahwa vape malah dapat menimbulkan serangkaian bahaya bagi kesehatan, terutama paru-paru, otak, sistem saraf, serta sistem organ penting lainnya.

Baca juga: 4 Alasan Harus Berhenti Menggunakan Vape

Bahkan menurut sebuah penelitian, remaja yang menggunakan rokok elektrik berpotensi dua kali lipat menderita gejala pernapasan seperti batuk persisten, bronkitis, dan gangguan pernapasan lain daripada remaja yang tidak menggunakan vape. Selain itu, jauh lebih mudah untuk membuat seseorang kecanduan nikotin dengan vape karena konsentrasi nikotin yang lebih tinggi pada vape.

Selain kandungan nikotin di dalamnya, terdapat sejumlah bahan kimia yang ditemukan dalam asap vape yang berbeda dari rokok seperti ultrafine dan perasa seperti diacetyl. Vape umumnya juga mengandung propilen glikol dan gliserol. Zat-zat ini dapat terurai menjadi formaldehyde dan acetaldehyde yang dikenal sebagai karsinogen. Tak hanya itu, vape juga bisa mengandung logam berat seperti timah, nikel, dan arsenik yang diketahui berbahaya bagi tubuh.

Efek vape bukan hanya berasal dari kandungan yang dihirup tetapi juga dari uap yang dihasilkan dari vape. Hal ini dapat membawa efek samping yang serius pada tubuh. Uap vape yang dihasilkan umumnya mengandung karsinogen seperti nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker. Tetapi efek kesehatan jangka panjang pada pengguna dan orang di sekitar masih perlu diteliti lebih jauh.

Bahaya vape pada anak

Kandungan bahan kimia yang terdapat pada vape dapat mempengaruhi bayi dan anak-anak, terutama kandungan nikotin dan logam berat formaldehida di dalamnya. Sama seperti halnya dengan rokok, bayi dan anak-anak yang terpapar uap vape dapat menghirup uap beracun serta menelan kandungan karsinogen berbahaya termasuk hidrokarbon aromatik poliklik, nikotin, senyawa organik yang mudah menguap dan terbentuk dalam partikel-partikel halus.

Partikel logam dalam konsentrasi yang lebih tinggi dalam produk vape dapat membuat anak-anak menjadi lebih mudah batuk, mengalami gangguan pernapasan, atau bahkan menunjukkan tanda-tanda keracunan nikotin. Efek samping lainnya juga dapat mengganggu perkembangan kemampuan kognitif, kecerdasan, hingga perkembangan otak anak secara keseluruhan.

Selain tidak diperbolehkan untuk menggunakan vape di sekitar anak-anak dan bayi, Anda juga perlu menyadari bahwa vape di sekitar ibu hamil dapat berdampak secara tidak langsung pada bayi yang sedang berkembang dalam kandungan. Perlu diketahui bahwa kandungan nikotin itu beracun dan berpengaruh pada perkembangan janin.

Tidak hanya kandungan kimia yang terdapat dalam vape, bahaya vape di sekitar anak juga memungkinkan anak membuka tutup cairan vape dan menelannya sehingga menyebabkan keracunan dalam tubuh. Selain itu, menurut sebuah penelitian, rokok elektrik juga pernah menyebabkan luka bakar dan cedera akibat ledakan bahan kimia panas, sehingga saat ini kemasan liquid vape dibuat aman dari jangkauan anak-anak.

Cara menghindari bahaya vape pada anak

Cara terbaik untuk melindungi anak-anak dari bahaya vape adalah dengan tidak merokok atau menggunakan vape di dekat mereka, terutama di dalam ruangan karena secara tidak langsung udara bersih akan terpapar oleh uap vape yang mengandung berbagai bahan kimia tersebut. 

Selain itu, jika Anda masih belum bisa lepas dari vape, segeralah mencuci tangan, mandi, dan ganti baju terlebih dahulu sebelum berdekatan dengan anak Anda sehingga anak Anda tidak terpapar oleh bahaya vape baik kandungan maupun uap yang dihasilkan.


14 Referensi
Tim Editorial HonestDocs berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca kami. Kami bekerja dengan dokter dan praktisi kesehatan serta menggunakan sumber yang dapat dipercaya dari institusi terkait. Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang proses editorial kami di sini.
E-Cigarettes. Johns Hopkins All Children's Hospital. (Accessed via: https://www.hopkinsallchildrens.org/Patients-Families/Health-Library/HealthDocNew/E-Cigarettes-(1))
Sarah A Richmond, PhD, Ian Pike, PhD, Jonathon L Maguire, MD, Alison Macpherson, PhD, E-cigarettes: A new hazard for children and adolescents, Paediatrics & Child Health, Volume 23, Issue 4, July 2018, Pages 255–259, https://doi.org/10.1093/pch/pxx204. Oxford Academic. (Accessed via: https://academic.oup.com/pch/article/23/4/255/4917032)
Petrescu DC, Vasiljevic M, Pepper JK, et al. What is the impact of e-cigarette adverts on children's perceptions of tobacco smoking? An experimental study. Tobacco Control 2017;26:421-427. Tobacco Control. (Accessed via: https://tobaccocontrol.bmj.com/content/26/4/421)

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Buka di app